The Proud Ones adalah film barat buatan 1956 yang tidak terlalu terkenal; tidak seperti High Noon, Johnny Guitar, atau Gunfight at O.K Corral. Film yang dibintangi Jeffrey Hunter dan Robert Ryan ini memiliki alur sederhana, kisah seorang sheriff yang berusaha menjaga ketertiban dan kedamaian kotanya dari para bandit yang kini buka usaha rumah judi, dan dendam seorang pemuda gara-gara ayahnya, seorang bandit juga, dibunuh oleh sang sheriff. Terkenal sebagai jago tembak, pada pertengahan film si sheriff malah menderita gangguan penelihatan, makin lama makin rabun sampai nyaris buta, padahal bandit-bandit makin merajalela. Hehehe. Begitu saja ceritanya. Musik film buatan Lionel Newman malah unsur yang paling menonjol, dengan menggunakan siulan sebagai pengganti nyanyian.
Bagi para pria, yang dianggap sebagai golongan The Proud Ones adalah golongan yang mampu ber-ereksi. Dan tentu setiap pria ingin menjadi The Proud Ones. Betapa tidak, ereksi dianggap sebagai salah satu tolak ukur kejantanan seorang pria. Selain tentunya kesuburan. Pria tanpa ereksi adalah pria yang tidak seksi, kata pepatah ngawur. Tak perduli apa orientasi seks nya, apakah hetero atau homo, ereksi tetap dipandang sebagai salah satu penentu kelaki-lakian seseorang, tak perduli benar salahnya.
Bagi para pria, yang dianggap sebagai golongan The Proud Ones adalah golongan yang mampu ber-ereksi. Dan tentu setiap pria ingin menjadi The Proud Ones. Betapa tidak, ereksi dianggap sebagai salah satu tolak ukur kejantanan seorang pria. Selain tentunya kesuburan. Pria tanpa ereksi adalah pria yang tidak seksi, kata pepatah ngawur. Tak perduli apa orientasi seks nya, apakah hetero atau homo, ereksi tetap dipandang sebagai salah satu penentu kelaki-lakian seseorang, tak perduli benar salahnya.
5 Fase Ereksi
Secara fisiologis, ereksi dipicu oleh saraf parasimpatik dari sistem saraf otonom, yang meningkatkan level nitric oxide dalam pembuluh-pembuluh darah arteri trabekula dan otot halus penis. Masih ingat tiga pilar yang menyusun penis? Arteri ini melebar dan mengisi corpora cavernosa penis dan sebagian kecil dari corpora spongiosa dengan darah. Otot-otot ischiocavernosus dan bulbospongiosus menekan pembuluh-pembuluh balik (vena) dari corpora cavernosa untuk menahan sirkulasi darah ini, sehingga tetap berada pada penis. Ereksi berhenti jika aktifitas parasimpatik menurun hingga tak ada lagi.
Bingung? Gampangnya begini: penis berdiri dipicu oleh rangsang. Menurut teori, rangsangan tidak selalu seksual sih, terkadang cemas atau takut mampu membuat penis tegang. Namun, menurut pengalaman sih, yang terjadi sebaliknya, malah mengkerut. Nah…rangsangan membuat saraf yang bekerja sendiri, artinya tidak diperintah kesadaran (bernafas dan pencernaan juga berlangsung atas kerjasama saraf-saraf ini), melebarkan pembuluh darah penis. Darah mengalir deras ke penis sehingga penis yang tadinya mungil dan lucu menjadi besar dan tidak lucu. Tegaklah si penis. Untuk menjaga agar jangan terburu-buru menjadi mungil dan lucu kembali, otot-otot bekerja menahan aliran darah kembali ke tubuh. Setelah puas berdiri, barulah saraf berhenti bekerja, otot-otot mengendur, pembuluh darah yang tadinya melebar kembali menyempit dan darah pun kembali ke tubuh. Penis kembali mengkeret dan lucu.
Penis yang berdiri tegak sebagai respon terhadap rangsangan seksual, akan melalui empat tahapan. Tahapan tersebut adalah Non aroused, Excitement, Plateau, Orgasme, dan Resolusi.
Pada fase pertama, non aroused, tentu saja sang penis masih bobo alias lunglai. Kemudian, karena ada rangsangan atau perintah dari otak, mulailah fase excitement. Fase ini dapat dilihat dari dijumpainya:
- Pengumpulan darah (Vasokongesti)
- Ereksi : penis membesar dan mengeras
- Kulit skrotum menebal, berkontraksi, dan mengetat.
- Testis meninggi mendekati tubuh, spermatic cord memendek
Setelah itu, bila rangsangan berlanjut, maka sang pria masuk ke dalam fase Plateau. Pada fase ini
- Vasokongesti mencapai puncak.
- Penis mencapai ereksi penuh
- Glans penis membengkak dan berwarna lebih gelap.
- Testis membesar dan terus meninggi hingga mencapai tubuh.
- Pelumasan/lubrikasi dari glandula cowper
Setelah fase Plateau dilalui, tibalah penis pada fase yang dinanti-nantikan sang empunya: Orgasme. Orgasme tediri dari dua stadium: emisi dan ejakulasi
- Emisi: rasa ingin ejakulasi. Vas deferens, vesikula seminalis, dan prostat berkontraksi dan mendorong ejakulat mencapai bulbus pada pangkal uretra.
- Ejakulasi: kontraksi bulbus uretra, uretra, dan penis mendorong ejakulat keluar. Fase ini disertai sensasi nikmat dan terdiri 3-4 kali pulsasi kuat penis dengan interval 0.8 detik, diikuti pulsasi lebih lemah dan lambat.
Ejakulasi tidak sama dengan orgasme. Lebih tepatnya, ejakulasi merupakan bagian dari orgasme. Orgasme merupakan pelepasan saraf dan otot setelah ketegangan seksual mencapai puncaknya, yang didahului oleh ejakulasi. Ejakulasi sendiri dapat terjadi tanpa sensasi orgasme, contohnya pada mimpi basah.
Kembali ke soal ereksi, selaput otak yang dinamai cortex cerebri dapat memicu ereksi meski tak ada rangsang yang diarahkan langsung ke penis. Ereksi bisa dipicu melalui rangsang penglihatan, pendengaran, penghidu, imajinasi atau peraba dengan bekerja melalui pusat-pusat erektil pada saraf tulang belakang bagian pinggul dan ekor. Cortex juga mampu menekan ereksi meskipun ada rangsang langsung terhadap penis, sebagaimana juga terjadi bila ada faktor-faktor kejiwaan, emosi dan lingkungan sekitar.
Good morning with glory
Ereksi yang terjadi saat tidur atau saat bangun pagi disebut sebagai Nocturnal Penile Tumescence (NPT). Ereksi ini penting untuk membedakan penyebab-peyebab kejiwaan atau fisik dari disfungsi ereksi. Sebutan lain yang cukup terkenal meskipun tidak resmi adalah Morning Wood atau Morning Glory. Orang-orang Londo menyebutnya ODOL…. Odol yang satu ini tentunya bukan mengacu pada pasta gigi sebagaimana kita gunakan tiap pagi, namun singkatan dari Omzetten Dikke Ochtend Lul.
Semua pria sehat mengalami fenomena NPT biasanya tiga sampai lima kali pada waktu malam, terutama masa tidur REM (Rapid Eyes Movement), atau masa tidur dimana mata bergerak cepat. Hipotesa yang diajukan J Bancroft tahun 2005 adalah ereksi penis dihambat oleh sistem noradrenergik dari locus coeruleus. Semasa tidur REM, kerja sistem noradrenergik berkurang, sehingga testosteron yang menyebabkan NPT dapat berfungsi tanpa hambatan.
Teori lain yang menjelaskan terjadinya NPT adalah kondisi kandung kemih yang penuh hingga memicu ereksi, yang disebut dengan refleks ereksi. Saraf yang mengontrol kemampuan pria memiliki refleks ereksi ada di bagian ekor (S2-S4) dari saraf tulang belakang. Kandung kemih yang penuh dikatakan merangsang saraf pada daerah yang sama. Pada siang hari, rangsang ini ditekan pria dewasa dengan pengalihan atau distraksi terhadap rangsang lain, namun pada saat tidur, karena tak ada rangsang lain, terjadilah refleks ereksi yang syuuuur…. Kemungkinan ereksi pada waktu tidur akibat penuhnya kandung kemih dianggap sebagai suatu keuntungan. Karena dengan terhambatnya kencing saat ereksi mampu mencegah terjadinya ngompol.
Soal ereksi menjadi perhatian banyak pria sejal ia pertama kali menemukan dirinya bisa "berdiri". The Proud Ones bagian 2 akan membahas kebingungan-kebingungan mengenai variasi ereksi.
dr. Stanislaus Bondan M.Kes
editor:
dr. Gina Anindyajati
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar