Jumat, 25 April 2014

HIDUP DALAM TERKAMAN HARIMAU DI HUTAN ‘AMAN’ By Ratna Mardiati Dr SpKJ

Apa pikiran orangtua ketika memasukan anaknya ke sekolah untuk mendapatkan pendidikan yang memadai sesuai pengetahuan dan kantongnya? 

Mereka berharap anaknya tumbuh dan berkembang dalam suasana aman terayomi . Banyak orangtua berharap banyak dari sekolah, yang merupakan tempat paling aman yang orangtua kenali, sebab sekolah bukan jalanan yang hiruk pikuk. Di sekolah ada bapak dan ibu guru tempat anak secara resmi diserahkan untuk dididik. Orangtua berebut untuk dapat menempatkan anaknya dalam sekolah yang aman, bermutu, dan menumbuh kembangkan. Bukan hanya soal ilmu pengetahuan tetapi alangkah serasinya dengan pendidikan budi serta pekerti. Maka ketika sekolah menjadi tempat yang tidak aman bagi anak, kita terperangah.

Kita simak, di Cianjur masyarakat mendemo sekolah yang meminta kasus pencabulan oleh guru terhadap beberapa murid dituntaskan (Pikiran Rakyat Online 25 April 2014, diakses 25 April pk 19), di Nganjuk seorang guru mencabuli 25 siswa SD (Okezon Kamis, 28 Februari 2013) dan di Jakarta disekolah bertaraf Internasional di Jakarta Selatan seorang siswa TK dicabuli di sekolah nya (Channel News Asia, April 21-2014). Dan daftar makin panjang sejak siswa TK sampai Sekolah Lanjutan.

Kekerasan Seksual
Kekerasan seksual pada anak didefinisikan oleh WHO sebagai menyertakan anak dalam aktivitas seksual yang anak tidak paham sepenuhnya, dan tidak berkemampuan memberi izin, atau perkembangan anak belum dipersiapkan untuk itu dan tidak mampu memberi izin, perbuatan ini melanggar hukum atau tidak sesuai dengan norma masyarakat. Aktivitas kekerasan seksual pada anak dibuktikan terjadi antara anak dengan orang dewasa, atau anak dengan anak lain yang secara perkembangan ataupun umur mempunyai tanggung jawab, dipercaya ataupun dikuasakan kepadanya. Hal ini meliputi, namun tidak terbatas pada:

  • Membujuk atau memaksa anak melakukan aktivitas seksual melanggar hukum
  • Mengeksploitasi anak dalam prostitusi atau aktivitas seksual lainnya
  • Mengeksploitasi anak untuk materi atau tampilan pornografi
Kekerasan seksual pada anak berbeda dari kekerasan pada orang dewasa. Karakteristik kekerasan seksual pada anak bercirikan :
  • Dilakukan dengan cara memanipulasi rasa percaya anak terhadap pelaku dan kekerasannya dibungkus dengan berbagai cara
  • Pelakunya dikenali oleh korban, bahkan mungkin orang dekat korban atau orang yang merawatnya
  • Kekerasan berlangsung jangka panjang, bahkan sampai bertahun
  • Berlangsung bertahun, berulang, aktivitas dimulai bertahap dari hal biasa seperti menyisir rambut korban, menciuminya dst
  • Sepertiga kasus kekerasan seksual anak dilakukan oleh orang sedarah atau keluarga
Pendekatan orang dewasa yang melakukan kekerasan seksual pada anak sangat runut perencanaannya. Mulai dengan pendekatan bermain dengan anak, melakukan aktivitas bersama, makin dekat anak padanya mudahlah ia menjadi ‘mangsa’.

Anak yang menjadi sasaran korban pada umumnya anak tidak berdaya, seperti:

  • anak yang tidak dalam ayoman orangtua atau anak yang dikucilkan
  • anak yang secara mental atau fisik mengalami keterbatasan
  • anak dengan riwayat kekerasan
  • anak dari orangtua pengguna narkoba atau gangguan mental
  • kemiskinan, kehidupan diwilayah konflik
  • keluarga berantakan

Mengapa Sulit Terungkap?
Anak sulit mengungkapan situasi yang terjadi pada dirinya karena kemudian ia dalam cengkraman pelaku dengan ancaman “ jika membuka mulut maka orangtuamu akan saya bunuh, atau kamu akan saya bunuh”, terjadinya The “child sexual abuse accommodation syndrome”, yang diusulkan Sumit. Anak dibuat tidak berdaya, tidak mempunyai kekuatan untuk melepaskan diri dari cengkeraman. Terbongkarnya hubungan biasanya secara tidak sengaja oleh sebab sakit atau perilaku yang tidak biasa dari anak.


Tanda-tanda Kekerasan Seksual pada Anak

Tanda-tanda pada anak seperti yang dikutip dari Pedoman WHO untuk kekerasan Seksual pada Anak adalah:



Indikator Fisik
Indikator Perilaku
Cedera alat genital dengan sebab tidak jelas
Anak mengalami regresi , kemunduran fase perkembangan, kinerja sekolah memburuk
Berulangkali infeksi alat kelamin vulvovaginitis
Anak menjadi takut pada banyak hal, lengket pada orang dewasa lainnya, rewel cengeng
Alat kelamin mengeluarkan cairan/nanah
Gangguan tidur
Mengompol, berak dicelana, melewati batas umur yang seharusnya tidak mengompol/berak dicelana lagi
Gangguan makan
Keluhan pada anus (nyeri, perdarahan dsb)
Bermasalah di sekolah
Nyeri kencing
Masalah sosial
Infeksi menular seksual
Depresi
Kehamilan
Rasa percaya diri buruk
Ada sperma di alat kelamin
Perilaku seksual yang tidak pantas

Gambaran ini merupakan indikator, masih diperlukan pendalaman dengan wawancara untuk dapat menelusuri kejadian kekerasan melalui hal yang nyaman buat anak misalnya dengan menggambar atau mendongeng.

Kerusakan perkembangan terjadi karena anak dalam taraf pertumbuhan perkembangan mental emosional, diinterupsi oleh ketakutan yang amat sangat dalam kebingungan ketidak berdayaan dalam ancaman.

Anak dengan gangguan perkembangan akan mengalami keparahan perkembangan kepribadian dan memungkinkan dia melakukan penyimpangan pertumbuhan mental emosional.



Jika ini terjadi pada anak, apa yang anda mesti lakukan?

Ketika anda mengetahui adanya kejadian, yang pertama anda lakukan adalah menyelamatkan anak dari berbagai gangguan fisik dan psikologik. Datanglah ke Rumah Sakit yang mempunyai unit kekerasan seperti RS Cipto Mangunkusumo, RS Fatmawati, RS Gatot Subroto, RS Polri. Mereka akan menangani hal yang mengancam kehidupan lebih dahulu sambil mempersiapkan catatan rinci tentang cedera yang dialami. Temani anak anda, tenangkanlah.

RS akan mengarahkan anda untuk melapor ke polisi agar ada surat permintaan visum et repertum. Laporan disampaikan pada unit kekerasan yang biasanya ditangani oleh Polisi Wanita. Surat permintaan visum akan disampaikan kepada dokter khusus yang memeriksa korban dan visum akan mereka buat untuk kepentingan hukum.

Perbaikan psikologik korban perlu dilakukan oleh dokter spesialis jiwa dan proses pemulihan memakan waktu cukup panjang. Makin muda usia anak yang menjadi korban, makin dalam gejala psikologik yang terjadi.


Ratna Mardiati, dr, SpKJ
Senior Advisor 
Angsamerah Institution
Gedung Graha Media lt. 2
Jl. Blora 8, Menteng
Jakarta Pusat 10310
+62 21 391 5189
+62 821 1434 4750
www.angsamerah.com

Lengkap info profile beliau click 
Dr Ratna Mardiati SpKJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar