Sebagian besar orang bercita-cita mempunyai pasangan tetap untuk menemaninya dalam kehidupan ini. Pencarian pasangan berjalan melalui tahap pengenalan dan pengenalan lebih dekat untuk kemudian menentukan akan lanjut. Dalam upaya melekatkan diri secara menetap sepanjang hayat, demikian cita-cita, maka kita belajar mengenal orang yang akan kita lekati. Hubungan pengenalan perlekatan dikenal sebagai pacaran. Pacaran adalah magang menjalin hubungan tetap, berupaya menyesuaikan satu sama lain, dengan harapan saling menguntungkan, bertumbuh dan berkembang mencapai cita-cita yang direncanakan bersama.
cortesy of thefrisky.com |
Fakta yang dilansir media menunjukan beberapa ‘kecelakaan’ dalam pacaran. Dari Dating Abuse Statistic di Amerika Serikat hampir 1.5 juta siswa sekolah lanjutan mengalami kekerasan fisik dari pacar setiap tahunnya. Satu dari tiga remaja Amerika mengalami kekerasan fisik, seksual, emosional atau verbal dari pacarnya. Satu dari sepuluh siswa sekolah lanjutan secaera sengaja dipukul, ditampar atau dicederai fisiknya oleh pacar laki-laki atau perempuan . Seperempat dari siswi sekolah lanjutan merupakan korban kekerasan fisik atau seksual . Hampir 70% mahasiswa mengalami pemaksaan seksual.
Di Indonesia Jurnal Perempuan memberitakan bahwa kekerasan dalam pacaran menduduki tempat kedua setelah KDRT ( Kekersan Dalam Pacaran 16 Me9 2013). Komisi Nasional Perempuan mencatat, pada 2010 ada 1.299 korban kekerasan dalam relasi pacaran ( Viva News, Selasa, 25 Oktober 2011, diakses 1 Mei 2014). Koordinator Layanan Langsung Yayasan Pulih Vitria Lazzarini mengungkapkan bahwa berdasarkan data Komisi Nasional (Komnas) Perempuan sejak 2010 terjadi 1.000 kasus kekerasan dalam pacaran (Metro TV News.com 13 Mei 2013, diakses 1 Mei 2014)
Pacaran Masa Paling Indah untuk Saling Bertumbuh dan Berkembang
Pacaran memang indah bila dibangun atas asas kesamaan kedudukan. Sama-sama menyenangi, membangun kekuatan diri untuk masa depan, sama-sama dapat menyesuaikan diri. Kata sama berarti setara, sepadan dan saling. Bilamana kedudukan tidak berimbang, maka satu menguasai lainnya, satu mencederai lainnya, atau saling mencederai, menggunakan kekerasan. Makin dekat hubungan , orang akan menunjukan keinginan atas pasangannya, keinginan yang seringkali memaksa, dan bilamana tidak terpenuhi mungkin akan mendorong mereka masuk dalam hubungan kekerasan dalam pacaran : kekerasan fisik, kekerasan verbal, kekerasan seksual ,kekerasan ekonomi dan kekerasan psikologik.
Tak seorangpun bercita-cita mempunyai pasangan yang mematikan kreasi, mematikan pertumbuhan kepribadian, mematikan kehidupan. Cerita dalam dongeng tentang pangeran yang membawa putri menikah menuju kebahagiaan abadi lebih banyak terngiang dalam hidup ini, daripada cerita putri yang atau pangeran yang berkorban untuk kesia-siaan.
Pengenalan diri sendiri, memahami cita-cita dan bertekad mengujudkannya merupakan garis start dalam menjalin hubungan. Kemudian kenali siapa didekat kita yang ingin bersama mencapai cita-cita tersebut. Berikan batasan sikap, perilaku dan tanggapan, juga beri batasan waktu mengambil keputusan untuk bersamanya. Ambil kesempatan jika memungkinkan atau tinggalkan jika tidak memungkinkan. Berbicaralah dengan orang dewasa yang matang atas situasi yang dihadapi, agar keputusan tidak menimbulkan penyesalan.
Berikut ini kita coba membaca pendapat Bowlby dan Mary Ainsworth tentang mekanisme hubungan orang yang menjadi pasangan.
courtesy of encountermag.com |
Kenalkah kita pada orang yang kita pacari?
Menurut teori perlekatan dari John Bowlby dan Mary Ainsworth manusia sejak lahir mencari perlekatan, mulanya dengan orang yang mengasuhnya dan bentuk perlekatan terus berkembang sejalan dengan perkembangan umurnya, termasuk perlekatan dalam pacaran. Ada empat teori tentang perlekatan yang di ajukannya yakni secure, anxious, avoidant, and anxious-avoidant.
Secure: Orang dengan strategi secure attachment yang nyaman menampilkan hubungan dengan kasih dan saying. Mereka biasanya juga nyaman sendiri serta mandiri, mampu berpikir logis dan membuat prioritas dalam hidupnya serta mempunyai batasan dan aturan kehidupan individu dan kehidupan bersama. Bagi mereka ditolak dalam hubungan, meski menyakitkan, akan menumbuhkan mereka untuk menjadi lebih baik dan matang. Mereka dapat dipercaya, dapat memercayai, setia dan membantu. Mereka tumbuh dari keluarga yang saling mengasihi dan memandirikan..
Anxious: Anxious attachment types senantiasa merasa tertekan, cemas tentang hubungan relasinya. Mereka seringkali meminta peneguhan cinta dari pasangannya , meragukan kasih sayang pacarnya, mereka takut ditinggal, takut sendiri. Relasi mereka biasanya tidak sehat dan cenderung kasar, sulit memercayai orang yang dilekatinya. Perilakunya seringkali tidak rasional, sangat emosional , banyak mengeluh tentang pasangannya yang mereka katakan sebagai tidak punya hati dan dingin . Kita akan melihat mereka seringkali menelpon pasangannya beberapa kali sehari dan akan sangat gelisah jika telpon tidak diangkat atau tidak menelpon kembali, atau ia menguntit pacarnya untuk meyakinkan bahwa pacarnya tidak berselingkuh dengan lainnya . Hubungan penuh kecemasan seperti ini bertumbuh dari keluarga dimana anak menerima kasih dan pengasuhan dengan kecukupan tak terduga.
Avoidant: Avoidant attachment types adalah mereka yang menghindari terikat , sangat mandiri, lugas. Dan pada kebanyakan mereka tidak nyaman dengan hubungan dekat. Komitmen merupakan hal yang menakutkan mereka, dunia kiamat kalau mereka harus terikat , apalagi terikat perjanjian kebersamaan. Mereka selalu menggunakan strategi lari bilamana mulai ada kedekatan atau keintiman. Mereka adalah orang yang sangat sibuk, bekerja 7 hari seminggu, 20 jam sehari, ia hanya punya waktu sedikit untuk kencan, sangat sedikit waktu, Jangan coba kejar meminta waktu bersama lebih darinya, ia akan sangat terganggu. Kita akan jumpai orang-orang ini tidak melamar untuk hubungan yang lebih serius . Strategi menghindar seperti ini biasanya didapatkan pada anak yang tumbuh dari keluarga terabaikan sehingga hanya sedikit kebutuhannya yang terpebnuhi.
Anxious-Avoidant: Anxious-avoidant attachment types merupakan tipe ketakutan. Mereka takut hubungan intim , takut komitmen, tidak memercayai orang, dan akan bertindak kasar atau kejam kepada orang yang mencoba menjalin hubungan dengannya. Mereka lebih suka hidup sendiri dan seringkali mempunyai masalah emosional seperti menggunakan narkoba, depresi dsb. Mereka berasal dari keluarga yang menumbuhkan mereka dalam hubungan yang kasar dan mengabaikan kebutuhan anak.
Mengambil Keputusan
Setelah mempelajari teori di atas, kita mempunyai gambaran tentang diri kita dan mereka yang kita duga akan menjadi pasangan kita. Sikap dan perilaku serta perasaan kita dapat kita buatkan kendalinya untuk berubah menjadi lebih baik, dengan segala upaya kuat. Kita dapat mengubah diri kita, mungkin dengan bantuan orang dewasa matang yang ada disekitar kita seperti penasehat akademik, guru bimbingan, konselor, psikolog, psikiater. Namun akan sulit untuk mengubah orang lain seperti bayangan fatamorgana, air dalam perjalanan di gurun pasir ketika kita haus, yang tidak pernah akan terujud.
Ratna Mardiati, dr, SpKJ
Senior Advisor
Gedung Graha Media lt. 2
Jl. Blora 8, Menteng
Jakarta Pusat 10310
+62 21 391 5189
+62 821 1434 4750
Tidak ada komentar:
Posting Komentar