Tentunya Healthlovers sudah tidak asing bila mendengar kata HIV/AIDS, namun tetap saja banyak pertanyaan mengenainya. Apakah dengan bergaul bersama pengidap HIV/AIDS maka kita akan tertular? Atau apakah hidup seseorang dinyatakan tamat bila mengidap HIV? Melalui tulisan ini, HIV/AIDS akan dikupas, sehingga kita semua mengerti bahwa meski berbahaya, penularan HIV/AIDS dan perkembangan penyakitnya dapat dikendalikan.
Pengertian dan Penularan
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit ini timbul akibat infeksi virus HIV (human immunodeficiency virus) di tubuh manusia. Virus ini menyerang sistem kekebalan tubuh yang diperankan oleh sel darah putih melalui limfosit T (CD4) dan makrofag, mengakibatkan seseorang mengalami immune deficiency. Hal ini ditunjukkan dengan angka CD4 yang rendah pada pemeriksaan lab. Jika pertumbuhan virus tidak dikontrol, maka semakin banyak CD4 yang dibunuh dan kekebalan tubuh semakin melemah.
Apa yang terjadi bila seseorang mengalami penurunan kekebalan tubuh?
Ia akan kehilangan kemampuan melawan infeksi dan penyakit yang menyerangnya, sehingga rentan sakit. Bagi orang sehat, infeksi ini sama sekali tidak berbahaya, misalnya common cold. Namun bagi orang yang tidak lagi memiliki kekebalan tubuh, infeksi ringan ini bisa mengancam nyawanya. Infeksi semacam ini disebut infeksi oportunistik, karena infeksi terjadi dengan memanfaatkan kondisi penderita yang memiliki sistem kekebalan lemah.
Ia akan kehilangan kemampuan melawan infeksi dan penyakit yang menyerangnya, sehingga rentan sakit. Bagi orang sehat, infeksi ini sama sekali tidak berbahaya, misalnya common cold. Namun bagi orang yang tidak lagi memiliki kekebalan tubuh, infeksi ringan ini bisa mengancam nyawanya. Infeksi semacam ini disebut infeksi oportunistik, karena infeksi terjadi dengan memanfaatkan kondisi penderita yang memiliki sistem kekebalan lemah.
Bisakah kita mengetahui bila terinfeksi HIV? Biasanya, orang yang terinfeksi HIV tidak langsung menjadi positif HIV, melainkan melalui periode serokonversi (berubahnya status dari negatif menjadi positif HIV). Periode ini biasa berlangsung 1-6 minggu setelah infeksi HIV. Pada masa awal ini, orang yang terinfeksi HIV dapat menularkan virus HIV ke orang lain tanpa tahu bahwa dia berstatus HIV positif. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah orang tersebut terinfeksi HIV adalah dengan mengetes antibodi dan keberadaan virus HIV dalam tubuhnya. Metode tes yang digunakan bisa berupa ELISA, Western Blot, atau tes darah untuk mengetahui keberadaan virus HIV.
HIV positif bisa berlanjut menjadi HIV dengan gejala dan berkembang menjadi apa yang disebut dengan AIDS. Terminologi AIDS digunakan untuk kasus HIV lanjut di mana seseorang ditandai dengan adanya satu atau lebih jenis infeksi oportunistik dan/atau CD4 dibawah 200 sel/mm3.
Umumnya yang kita tahu adalah penularan HIV melalui hubungan seks yang tidak aman. Namun penularan HIV juga terjadi melalui cara lain yang melibatkan pertukaran cairan tubuh yakni:
• Melalui darah (termasuk darah haid); misalnya pada proses transfusi darah, terkena darah yang mengandung HIV pada kulit yang terluka, pemakaian jarum suntik bersama (pecandu narkoba) atau alat medis yang terkontaminasi (kecelakaan kerja), darah dari ibu hamil ke bayinya saat dalam kandungan
• Air mani dan cairan vagina; risiko tinggi penularan pada orang yang melakukan hubungan seks berganti-ganti pasangan tanpa menggunakan alat pengaman (kondom) bisa menyebabkan pertukaran cairan tubuh melalui selaput lendir (mukosa) alat kelamin atau mulut, hubungan seks yang dilakukan secara anal juga berisiko tinggi untuk penularan
• Melalui Air Susu Ibu (ASI); maka para ahli mengatakan bahwa Ibu dengan HIV atau yang mendapat pengobatan HIV tidak boleh memberikan ASI bagi bayinya.
Suatu penularan dari lelaki HIV positif ke wanita HIV negatif akan terjadi dalam rentang 1:500 hubungan seks, namun perlu diingat bahwa penularan bisa terjadi bahkan di kontak yang pertama. Kita perlu berhati-hati dalam mengantisipasi penularan HIV. Tidak semua cairan yang terdapat di tubuh bisa menularkan HIV karena tidak/sedikit sekali mengandung virus. Cairan yang tidak memungkinkan penularan HIV berupa:
• Air liur
• Kotoran/tinja
• Air mata
• Air keringat
• Air kencing
• Kotoran/tinja
• Air mata
• Air keringat
• Air kencing
Maka jika ada yang mengatakan bahwa penggunaan bersama alat makan, atau toilet, bahkan pegangan pintu dapat menyebabkan penularan HIV, hanyalah mitos belaka. Karena virus HIV tidak bisa menembus permukaan kulit yang utuh, maka bersentuhan bahkan berpelukan dengan pengidap HIV pun tidak akan berakibat penularan.
Tanda dan Gejala
Butuh waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS. Sehingga bagi mereka yang terinfeksi virus HIV tidak serta merta berpenyakit AIDS. Bagaimanapun, pada periode serokonversi seseorang bisa saja mengalami sindroma retroviral akut yang tampak sebagai demam disertai pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan lipatan (ketiak serta lipat paha). Ada baiknya untuk segera periksa ke dokter bila mengalami hal ini.
Butuh waktu yang cukup lama bahkan bertahun-tahun bagi virus HIV untuk menyebabkan AIDS. Sehingga bagi mereka yang terinfeksi virus HIV tidak serta merta berpenyakit AIDS. Bagaimanapun, pada periode serokonversi seseorang bisa saja mengalami sindroma retroviral akut yang tampak sebagai demam disertai pembesaran kelenjar getah bening, terutama di leher dan lipatan (ketiak serta lipat paha). Ada baiknya untuk segera periksa ke dokter bila mengalami hal ini.
Orang yang terkena virus HIV pada awal permulaan biasanya tidak memberikan tanda ataupun gejala yang khas, tetapi ketika penyakit AIDS menyerang, barulah terlihat tanda – tandanya secara jelas. Dibawah ini adalah tanda dan gejala yang tampak pada penderita AIDS:
- Saluran pernapasan
Nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam. Tidak jarang dinyatakan sebagai TBC. - Saluran Pencernaan.
Hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, penyakit jamur pada rongga mulut & kerongkongan berulang, diare lama. - Berat badan. Wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energi di dalam tubuh.
- Sistem Saraf.
Gangguan pada saraf pusat yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan & respon anggota gerak melambat. Pada sistem saraf tepi akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi rendah dan impoten. - Jaringan kulit.
Cacar air atau herpes yang menimbulkan rasa nyeri pada kulit, infeksi jaringan rambut (ketombe) dan kulit kering berbercak.
World Health Organization (WHO) mengelompokkan kejadian infeksi di atas sebagai staging untuk pengidap HIV/AIDS sebagai berikut:
- Infeksi HIV Primer. Tidak nampak gejala atau berupa sindroma retroviral akut
- Stage 1. Tidak nampak gejala atau hanya pembesaran kelenjar getah bening yang berlangsung lama
- Stage 2. Penurunan berat badan (<10%), manifestasi di jaringan kukit dan sekitarnya, serta infeksi saluran nafas atas yang berulang
- Stage 3. Diare lama tanpa sebab yang jelas disertai demam yang juga tidak jelas sebabnya, keluhan di mulut (infeksi jamur), tuberkulosis paru, dll. Sebagian kelompok ini dikatakan menderita AIDS.
- Stage 4. Mencakup pengidap HIV dengan 22 macam infeksi oportunistik atau kanker yang terkait dengan HIV. Semua orang yang termasuk stage ini dikatakan menderita AIDS.
Penanganan
Sampai saat ini belum ditemukan obat yang bisa menyembuhkan HIV/AIDS, tapi bukan berarti penyakit ini tidak dapat dikontrol. Dengan meminum obat yang disebut ART (antiretroviral therapy) seumur hidup, maka HIV dan komplikasinya dapat dihindari. Pengobatan tak ubahnya seperti mereka yang memiliki hipertensi atau kencing manis, di mana ART bertujuan untuk memperlambat perkembangan penyakit menjadi AIDS dengan cara menurunkan jumlah virus HIV yang ada dalam tubuh penderita, sehingga memungkinkan pengidap HIV untuk hidup relatif normal selama bertahun-tahun.
Konsumsi obat ini dilakukan tepat waktu dan tepat dosis, sehingga butuh kedisiplinan tinggi. WHO merekomendasikan pengobatan ini dimulai bagi semua orang dewasa yang terinfeksi HIV. Untuk mendapat pengobatan, seseorang yang memiliki risiko terinfeksi HIV akan lebih dulu dilayani dengan VCT (konseling dan tes sukarela). Layanan ini tersedia mulai tingkat puskesmas (di beberapa daerah) hingga rumah sakit. Pengobatan ART di Indonesia disediakan secara gratis oleh pemerintah dan dapat diperoleh di rumah sakit tertentu di masing-masing daerah.
Jika Anda menginginkan konsultasi lebih lanjut, silakan menghubungi Klinik Angsamerah.
Referensi:
Interim WHO-Clinical Staging of HIV/AIDS and HIV/AIDS Case Definitions for Surveillance 2005
www.spiritia.or.id
Klinik
Angsamerah (Kerahasian Sahabat Prioritas Kami)
Gedung Graha Media Lt.2
Jl. Blora 8,
Menteng, Jakarta Pusat, 10310
Jam Layanan
Senin s/d Jumat:
09.00 am-18.00 pm
Sabtu: 12.00 -
17.00 pm
Layanan diberikan
hanya melalui PERJANJIAN, layanan TEPAT Waktu sesuai jadwal
Klik disini untuk Artikel
Kesehatan lainnya
Klik disini untuk Angsamerah
Expert Networking
Tertarik bergabung Angsamerah Associate atau mengirim tulisan?
Silahkan kirimkan emal ke education@angsamerah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar