Courtesy of The Daily Green |
Tahukah Anda
bahwa sering menahan buang air kecil bisa menimbulkan masalah kesehatan yang
serius? Indonesia memang tidak terkenal akan fasilitas umum yang bagus dan
bersih, apalagi di pedesaan. Bagi orang yang biasa tinggal di kota dan
menggunakan toilet berkeramik, saat berpergian tak jarang membuat orang menahan
buang air kecil karena tak ada toilet yang dirasa layak.
Buang air
kecil adalah suatu proses pembuangan sampah dari dalam tubuh dalam bentuk cair,
yang disebut urin. Kegiatan buang air kecil sendiri merupakan sesuatu yang
sepele, hanya pergi ke toilet, buang air, kemudian keluar. Buang air kecil
menjadi suatu proses yang penting untuk mengeluarkan kelebihan air dan zat
larut air lainnya dari dalam tubuh.
Sebelum
akhirnya dihasilkan dan dikeluarkan, urin melewati berbagai proses penyaringan
di saluran kencing, mulai dari ginjal hingga uretra. Ginjal yang normal mampu
melakukan penyaringan terhadap 180 liter cairan dalam tubuh selama 24 jam.
Tidak semua cairan ini kemudian dibuang, tapi melewati proses kedua yakni
reabsorpsi (penyerapan kembali).
99% cairan
yang lewat ginjal diserap kembali, termasuk zat yang terangkut di dalamnya. Zat
tersebut berupa glukosa (zat gula), natrium (garam), nutrien lain, dan ion. Glukosa
terutama diserap kembali karena merupakan zat yang sangat diperlukan tubuh,
sementara natrium dan ion hanya diserap sebagian. Sebagian lainnya kemudian
dibuang bersama urin.
Proses ketiga
disebut sekresi yang berfungsi untuk mengambil hasil-hasil metabolisme,
termasuk obat, dari dalam darah ke ginjal untuk dikeluarkan bersama urin. Hal
ini diperlukan untuk menjaga keseimbangan asam-basa dalam tubuh.
Setelah urin
diproduksi, urin akan ditransportasikan menuju kandung kemih melewati selang
panjang yang bernama ureter. Urin ditampung di kandung kemih hingga penuh.
Kandung kemih yang terisi penuh bersifat elastis dan dindingnya menipis.
Dinding ini akan mengirim sinyal untuk membuka katup dengan cara merelaksasikan
otot di kandung kemih sehingga orang akan merasa ingin buang air kecil. Ketika
otot rileks, urin diteruskan melewati uretra dan terjadilah proses buang air
kecil.
dr. Mangatas
Sp.PD menjelaskan, jika kita menahan buang air kecil terlalu lama bisa
menyebabkan kelainan seperti kakunya otot-otot yang menutup saluran
kencing bagian luar, infeksi saluran kencing, kerusakan saraf pada
kandung kencing, dan gangguan ginjal. Bila otot yang menutup saluran kencing
bagian luar menjadi kaku, orang akan sulit buang air kecil karena harus
didahului dengan mengejan (ngeden).
Selain itu,
menahan kecing dalam waktu lama, akan menyebabkan berbagai penyakit. Hal ini
karena urin adalah sampah dan tempat yang baik untuk berkembangbiaknya kuman. Bila
ini terjadi, maka akan menimbulkan infeksi saluran kencing dengan gejala demam,
nyeri saat buang air kecil, dan keluhan lainnya.
Menahan
kencing juga bisa membuat otot kandung kemih mengalami kerusakan pada sarafnya.
Kandung kemih normal memiliki kapasitas 500-700 ml (setara dua botol air
mineral ukuran kecil). Dinding kandung kemih baru akan mengirimkan sinyal pada
saraf jika urin yang ditampung sudah mencapai jumlah ini. Namun pada orang yang
sarafnya rusak, saat kandung kemih baru terisi sedikit saja sudah menimbulkan
rangsangan untuk buang air kecil. Hal ini menjadikan seseorang menjadi lebih
sering buang air kecil.
Kemungkinan
masalah lain yang muncul adalah gangguan ginjal akibat infeksi saluran kencing
yang menjalar ke atas, atau terjadinya batu ginjal. Telah disebutkan bahwa urin
mengandung garam dan nutrien. Bila didiamkan lama, zat ini bisa mengendap dan
membentuk kristal sehingga menyumbat rongga-rongga penyaringan di ginjal.
Inilah yang disebut batu ginjal. Infeksi kronis pada saluran kencing juga bisa
menyebabkan terbentuknya batu, dan sebaliknya, adanya batu bisa membuat bakteri
berkoloni menimbulkan infeksi.
Rasa tidak
tuntas atau masih ingin buang air kecil sesaat setelah selesai buang air juga
bisa menjadi keluhan akibat seringnya menahan buang air kecil. Hal ini menurut
dr. Mangatas Sp.PD karena saat seseorang menahan buang air kecil, maka kandung
kemih akan melar atau meregang, ini akan membuat pompa di kandung kemih tidak
bisa berfungsi dengan baik saat buang air kecil.
Tidak berhenti di sini, kebiasaan
menahan buang air kecil pun bisa membawa ke kondisi yang mengancam nyawa, yakni
akibat komplikasi infeksi saluran kemih. Bakteri yang tadinya berada di saluran
kencing masuk ke dalam darah dan membuat orang yang mengalaminya tampak sakit
berat. Meluasnya infeksi dari saluran kencing ke darah disebut urosepsis, dan kondisi
ini membutuhkan pemberian antibiotik serta penanganan suportif seperti
pemberian infus. Jika tidak cepat dikenali dan ditangani, urosepsis bisa
berlanjut menjadi syok septik yang mengancam nyawa. Ditandai dengan turunnya
tekanan darah, nadi dan nafas cepat, berkurangnya produksi urin, dan perubahan
status mental.
Urosepsis lebih banyak terjadi
pada wanita dan orang tua. Hal ini terkait dengan kejadian infeksi saluran
kemih yang juga lebih sering terjadi pada populasi ini. Pada wanita, uretranya
lebih pendek daripada lelaki sehinga lebih mudah bagi bakteri untuk
menjangkaunya. Infeksi saluran kencing yang mengenai ginjal, biasanya terasa
sebagai nyeri pinggang akibat adanya gangguan aliran kencing ke saluran di
bawahnya. Urosepsis bisa terjadi karena adanya aliran balik air kencing ke
sistem di atasnya.
Berdasarkan
penjelasan dr. Mangatas Sp.PD, bakteri utama penyebab infeksi saluran kemih
adalah bakteri Escherichia coli.
Bakteri ini banyak ditemukan pada kotoran manusia. Gejala yang ditimbulkan bisa
berupa:
- Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi. Meski sudah dicoba untuk berkemih namun tidak ada air kemih yang keluar
- Merasakan nyeri pada pinggang
- Sering kencing
- Kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa berwarna putih. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh-sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih.
Untuk
mencegah infeksi saluran kemih bisa dengan memperbanyak konsumsi air minum
setiap harinya, jangan menunda bila merasa ingin buang air kecil, buang air
kecil setelah berhubungan seksual untuk membersihkan bakteri dari saluran kencing,
serta menghindari penggunaan cairan yang tidak jelas manfaatnya pada alat
kelamin karena dapat mengiritasi uretra. Para wanita, setelah buang
air biasakan membersihkan kelamin dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri
dari anus masuk ke vagina atau uretra.
Narasumber
dr. Mangatas Manalu Sp.PD
dr.Gina Anindyajati
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta
Pusat 10310
+6221-3915189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar