Film buatan Inggris tahun 1961 ini diangkat dari novel Audrey Erskine Lindop, dan konon, Gus Dur
bertutur bahwa film ini adalah salah satu favoritnya. Permusuhan sengit antara
seorang bandit ganteng bernama Anacleto yang diperankan Dirk Bogarde dengan
seorang imam yang diperankan John Mills merupakan pokok cerita (yang tentu tidak berhubungan dengan penis). Hmmmm….. bukan karena kedua tokoh utama memang berpenis,
atau karena sebutan kritikus film sebagai film yang “sangat homoseksual”, tapi makna dari “the singer not the song” itu sendiri.
Penyanyinya, dan bukan lagunya yang membuat suatu
pertunjukan menjadi luar biasa. Atau biasa-biasa saja. Atau bahkan buruk. Demikian juga sang empunya, bukan penisnya, yang membuat suatu hubungan menjadi luar biasa…atau malah mengerikan. Yang kita bicarakan mengenai hubungan tentu bukan
hubungan telepon, ya. Awetnya hubungan antar patner memang ditentukan
banyak hal. Seks cuma salah satu bagian kecil saja,
namun penting juga dalam menjaga harmonisasi dan menjaga langgengnya suatu relasi. Dalam relasi seks harus diingat bahwa penis adalah suatu alat, sementara aktor utama tetap sang empunya penis. Kepandaian sang empu menggunakan alat atau peranti itu yang menentukan, seperti juga sebuah pedang nomor wahid tak ada gunanya bila tidak digunakan oleh pendekar nomor wahid juga. Sebaliknya, pendekar nomor wahid dengan pedang biasa-biasapun dapat memenangkan pertarungan. Hubungan seks juga demikian. Meskipun penisnya sebesar botol kecap, kalau empunya keok dalam dua detik, ya susah. Sebaliknya, meskipun penisnya ukuran satu batu baterai size small kalau piawai menggunakannya, patner akan melek merem marem. Hubungan kejiwaan juga ada andilnya dari empunya penis. Kaitannya dengan penis? Ya, kalau penisnya jadi milik bersama, tentu lebih sulit menjaga harmonisasi antar relasi. Atau penisnya milik publik….hubungan kejiwaan sulit dijaga kesehatannya, karena dipenuhi cemburu, iri hati, dengki, keki, dan sebagainya.
namun penting juga dalam menjaga harmonisasi dan menjaga langgengnya suatu relasi. Dalam relasi seks harus diingat bahwa penis adalah suatu alat, sementara aktor utama tetap sang empunya penis. Kepandaian sang empu menggunakan alat atau peranti itu yang menentukan, seperti juga sebuah pedang nomor wahid tak ada gunanya bila tidak digunakan oleh pendekar nomor wahid juga. Sebaliknya, pendekar nomor wahid dengan pedang biasa-biasapun dapat memenangkan pertarungan. Hubungan seks juga demikian. Meskipun penisnya sebesar botol kecap, kalau empunya keok dalam dua detik, ya susah. Sebaliknya, meskipun penisnya ukuran satu batu baterai size small kalau piawai menggunakannya, patner akan melek merem marem. Hubungan kejiwaan juga ada andilnya dari empunya penis. Kaitannya dengan penis? Ya, kalau penisnya jadi milik bersama, tentu lebih sulit menjaga harmonisasi antar relasi. Atau penisnya milik publik….hubungan kejiwaan sulit dijaga kesehatannya, karena dipenuhi cemburu, iri hati, dengki, keki, dan sebagainya.
Terkadang penis juga membuat ulah. Mengamuk
sendiri tanpa perintah sang empunya misalnya. Tanyakanlah pada para pemilik penis mengenai pengalaman
mereka. Yang ini lebih berkaitan dengan hubungan sosial antara empunya penis
dengan tetangga atau lingkungan sekitar tempat ia berinteraksi.
Situasi: Anda sedang rapat. Serius. Dihadiri bos dan para pembesar. Anda harus
mempresentasikan sesuatu di depan. Saat anda berbicara menggebu-gebu di bawah
tatapan mata para pemegang kunci kesuksesan atau kejatuhan Anda seraya mengacung-acungkan telunjuk tiba-tiba…toiiiiiiiinggggggggg!!!! Tanpa rangsangan, tanpa usapan, tanpa aba-aba,
penis Anda tiba-tiba ikut mengacung.
Situasi: Anda sedang bersantai di tepi kolam renang. Mengenakan kacamata hitam, berbaring sambil berjemur karena
Anda ingin kulit yang berwarna tembaga. Anda memejamkan mata. Jelas
tak ada rangsangan bagi pandangan mata
dari gadis-gadis berbikini. Atau bila Anda gay, rangsangan dari
pria-pria dengan perut seperti durian terbelah. Tiba-tiba saja Anda merasakan sensasi yang sering Anda rasakan tiap pagi. Moby dick Anda mulai memberontak. Dan toiiiiiiiiiinggggg!!!! Belum sempat Anda memutuskan apakah harus segera berbalik atau berlari pergi, penis
telah beraksi.
Situasi: Anda sedang membaca tulisan ini. Lingkungan aman terkendali karena Anda berada di dalam kamar, sendiri. Tanpa ekspetasi apa-apa, sekedar iseng, menunggu lelap. Saat Anda mulai berimajinasi untuk memindai tulisan menjadi bentuk gambar,
tiba-tiba toiiiiiiingggggg!!!!!! Anda jadi bertanya-tanya, apakah ini sekedar penis memberi salut pada
tulisan tentang dirinya, atau sesungguhnya di bawah sadar Anda memiliki ketertarikan tersembunyi pada penis
yang lain juga.
Meskipun yang lebih penting adalah The Singer,
namun The Singer tanpa The Song juga tak akan bermakna. Dalam hal ini penis
sebagai The Song dirasa perlu dibahas, dikupas, diobok-obok dan dibedah lebih
detil. Mengapa? Karena sebelum menyanyi, seorang penyanyi perlu mengenal betul
lagunya, notasinya, liriknya, bagaimana cara menyanyikan, menempatkan emosi,
tempo, kunci, vibrasi dan sebagainya. Demikian pula penis, perlu sekali
diketahui secara lebih mendalam dan mendetil oleh pemiliknya, supaya tidak
sekedar jadi benda bergantung canggung melompong belaka.
Judul-judul film yang dijadikan judul-judul
artikel ini terkadang memberi kesan tak berhubungan. Well, tentu saja ada hubungannya. Kalau Anda tak bisa menemukannya, maka imajinasi Anda harus
diperluas. Ingat-ingat saja filmnya, dan bagi yang belum menyaksikan, cari
tahu. Dan sekedar tips konyol: perhatikan penis Anda atau penis pasangan Anda saat menonton film yang disebut. Anda akan
mendapat sudut pandang baru yang belum pernah Anda rasakan sensasinya. Dahsyat!
Moby Dick
bicara panjang lebar soal anatomi penis. Bagian-bagian apa saja yang membentuk
tongkat keramat para pria ini, serta apa saja fungsinya. Tentu saja anatomi kedua telur yang terus dierami
namun tak pernah menetas juga disertakan dalam bagian ini.
Godzilla bicara soal ukuran. Ukuran penis adalah sesuatu yang banyak
menjadi obsesi kaum pria. Meskipun berulang kali
pria diberi penjelasan bahwa size doesn’t
matter, atau ukuran tidak bermakna, namun bagi mereka tetap saja size does matter, seperti tagline film Godzilla.
Sayangnya, ukuran penis diturunkan secara genetis, sehingga bila penis kakek
dan ayah seukuran pisang susu, jauhlah harapan si anak memiliki ukuran pisang
tanduk. Kecuali kakek dari pihak ibu memiliki
ukuran jumbo. Dari abad ke abad, tawaran yang sifatnya membodohi
para pria yang kebetulan “kurang beruntung” ini terus bermunculan: membesarkan
penis dengan ramuan, urut, pijat,
hingga operasi. Tentu hasilnya sama sekali tak dapat dipercaya. Beberapa
anjuran dari mulut ke mulut, dari teman ke teman antara lain: merendam penis
dengan air teh basi, membalur dengan minyak ular, mengkonsumsi sperma unta juga
tak terbukti bermakna.
Gentlemen Prefer Blondes bicara soal perbedaan yang timbul
karena dilakukannya, atau tidak dilakukannya sunat. Tradisi sunat atau bahasa
kerennya circumcise juga mengubah pernampakan penis. Sunat merupakan tindakan memotong
atau mengerat kulit kulup yang lazim dilakukan pada banyak bangsa; sebagian
berkaitan dengan perintah agama, sebagian berkaitan dengan tradisi atau budaya.
Tindakan sunat ini memancing pro dan kontra sejak jaman dahulu kala, dan akan
kita bahas secara mendalam kemudian.
Mandingo bicara soal bentuk dan warna yang menjadikan penis
dikagumi, dicemooh, atau ditakuti. Bagi yang pernah berjalan-jalan ke Florence,
Italia, tentu menyempatkan diri melihat arca terkenal David, karya
Michaelangelo. David digambarkan berperawakan langsing berotot, wajah rupawan,
dengan penis mini berkulup. Mungkin penis yang demikianlah yang dianggap sexy pada tahun 1504. Tanpa mengindahkan
faktor budaya dan sejarah bahwa David (Daud) adalah orang Yahudi yang tentu
saja disunat, David yang ini akan selalu dikenang sebagai David dengan penis
berkulup mirip tutup pasta gigi.
The River of No Return bicara soal aliran, baik aliran
kencing maupun air mani, yang dikeluhkan beberapa pria yang disebabkan kondisi
sejak lahir, atau didapat kemudian. Kondisi sejak lahir biasa dikenal biasanya bentuk
terbelah glans penis bagian bawah, yang membuat ujung saluran kencing lebih
lebar. Seperti bibir sumbing, namun terjadi pada sang burung. Kalau burung yang
satu ini bisa berkicau, kicauannya mungkin sember. Keadaan ini akan nampak
lebih mencolok pada penis yang disunat daripada yang berkulup. Pancaran urin
akan melebar dan menimbulkan suara fals pada saat kencing. Nadanya tidak bulat,
kata para juri Idol.
Diamonds are Forever
bicara soal perhiasan-perhiasan yang muncul pada penis, entah usia muda entah
menjelang dewasa. Perhiasan yang sesungguhnya bling-bling ini tidak disadari
kehadirannya, namun karena semakin dewasa penis juga semakin besar dan
perhiasannya tentu saja semakin tinggi karatnya, maka kilau kemilaunya membuat
takut sang empu, mengira ia terkena Infeksi Menular Seksual. Apalagi kalau sang
pemilik seorang yang memiliki halo sangat ketat di kepala dan tiba-tiba karena
khilaf tergiur godaan dunia. Kunjungan ke dokter bisa melebihi takaran obat,
tiga kali sehari, dan paniknya menjadi-jadi. Padahal, yang ditakutkan
sebetulnya adalah keadaan normal penisnya, yang kebetulan perhiasannya agak
berlebihan seperti Bianca Castafiore.
Dr Jeckyll and Mr. Hyde bicara soal perubahan pada penis
karena dibuat sang pemilik dan kondisi manipulasi terhadap penis yang
mengakibatkan kondisi fatal tak terkoreksi. Dari soal jimat dan ramuan cinta,
pelindung bahaya, sampai penilaian kejantanan dan pemuas nafsu membuat pria
menyematkan segala rupa benda, dari yang agak tidak lazim sampai yang
astaganaga pada penisnya.
The Proud Ones akan membicarakan soal mekanisme ereksi. Ereksi yang mengilhami pembuat
telepon seluler menamai produknya (yang ini bohongnya saya deh), merupakan
keadaan yang membuat seorang pria berbahagia, resah, bingung, malu, dan
berbagai jenis emosi jiwa lainnya; emosi positif akan timbul bila saatnya
tepat, emosi sebaliknya timbul bila waktu terjadinya tak sesuai situasi dan
kondisi. Namun tetap saja, ereksi merupakan kebanggaan setiap pria, suatu
keadaan dimana sang burung menggandakan kebesarannya, mirip Hulk si raksasa
hijau, dan dipandang sebagai simbol kedigdayaan dan kejantanan dari masa ke
masa. Kalau kurang yakin cukup pergi ke museum terdekat dan lihatlah arca
lingga peninggalan zaman lampau. Tak ada lingga yang berbentuk meleyot, bukan?
Atau kalau tak ada museum, cukup pergi ke dapur tradisional untuk melihat alu
dan lesung, yang menyerupai lingga dan yoni, perlambang kelamin pria dan
perempuan. Tak pernah lihat alu dan lesung? Ya, ampun… Saya tak bisa menyamakan
dengan muntu atau ulekan dan cobek, karena muntu bentuknya lebih mirip pistol.
The Incredible Journey
bicara soal perjalanan sperma dari buah zakar hingga membuahi sel telur. Makna
yang dapat diambil setelah mengikuti perjalanan luar biasa ini adalah betapa
setiap manusia adalah mahluk unggul, yang telah mengalahkan beratus juta
saingannya dalam perlombaan adu cepat menuju sel telur. We are the Champion,
kata syair band legendaris Queen, dan memang begitu kenyataannya. Dari sebab
itu sangat menyedihkan bila seorang manusia merasa lebih rendah daripada
manusia lain, dan sangat nista bila seorang manusia menganggap dirinya lebih
unggul dari manusia lain.
A Pocketful of Miracles membicarakan soal buah zakar. Buah
zakar dalam kantung yang memiliki fungsi ajaib dalam menjamin kelangsungan
hidup manusia dari generasi ke generasi, millennium ke millennium. Buah yang
terus menerus dibawa kemanapun empunya pergi, sejak lahir hingga mati.
Tea and Sympathy membicarakan soal perubahan seorang
pria dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Perubahan-perubahan apa saja yang ia
alami, yang meresahkannya, memalukannya, membahagiakannya. Bagaimana ia beralih
dari mahluk polos menjadi polka dot, plontang plonteng, setelah tubuhnya
mengalami pancaroba. Masa taufan dan badai, meminjam bahasa para seniman masa
lalu.
Selamat menikmati tulisan berseri dalam The Penis Book!
dr. Stanislaus Bondan M.Kes
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar