Rabu, 26 Juni 2013

The Singer Not The Song (Penis Book Part 1)

 Film buatan Inggris tahun 1961 ini diangkat dari novel Audrey Erskine Lindop, dan konon, Gus Dur bertutur bahwa film ini adalah salah satu favoritnya. Permusuhan sengit antara seorang bandit ganteng bernama Anacleto yang diperankan Dirk Bogarde dengan seorang imam yang diperankan John Mills merupakan pokok cerita (yang tentu tidak berhubungan dengan penis). Hmmmm….. bukan karena kedua tokoh utama memang berpenis, atau karena sebutan kritikus film sebagai film yang “sangat homoseksual”, tapi makna dari “the singer not the song itu sendiri.
Penyanyinya, dan bukan lagunya yang membuat suatu pertunjukan menjadi luar biasa. Atau biasa-biasa saja. Atau bahkan buruk. Demikian juga sang empunya, bukan penisnya, yang membuat suatu hubungan menjadi luar biasa…atau malah mengerikan. Yang kita bicarakan mengenai hubungan tentu bukan hubungan telepon, ya. Awetnya hubungan antar patner memang ditentukan banyak hal. Seks cuma salah satu bagian kecil saja,
namun penting juga dalam menjaga harmonisasi dan menjaga langgengnya suatu relasi. Dalam relasi seks harus diingat bahwa penis adalah suatu alat, sementara aktor utama tetap sang empunya penis. Kepandaian sang empu menggunakan alat atau peranti itu yang menentukan, seperti juga sebuah pedang nomor wahid tak ada gunanya bila tidak digunakan oleh pendekar nomor wahid juga. Sebaliknya, pendekar nomor wahid dengan pedang biasa-biasapun dapat memenangkan pertarungan. Hubungan seks juga demikian. Meskipun penisnya sebesar botol kecap, kalau empunya keok dalam dua detik, ya susah. Sebaliknya, meskipun penisnya ukuran satu batu baterai size small kalau piawai menggunakannya, patner akan melek merem marem. Hubungan kejiwaan juga ada andilnya dari empunya penis. Kaitannya dengan penis? Ya, kalau penisnya jadi milik bersama, tentu lebih sulit menjaga harmonisasi antar relasi. Atau penisnya milik publik….hubungan kejiwaan sulit dijaga kesehatannya, karena dipenuhi cemburu, iri hati, dengki, keki, dan sebagainya.
Terkadang penis juga membuat ulah. Mengamuk sendiri tanpa perintah sang empunya misalnya. Tanyakanlah pada para pemilik penis mengenai pengalaman mereka. Yang ini lebih berkaitan dengan hubungan sosial antara empunya penis dengan tetangga atau lingkungan sekitar tempat ia berinteraksi.
Situasi: Anda sedang rapat. Serius. Dihadiri bos dan para pembesar. Anda harus mempresentasikan sesuatu di depan. Saat anda berbicara menggebu-gebu di bawah tatapan mata para pemegang kunci kesuksesan atau kejatuhan Anda seraya mengacung-acungkan telunjuk tiba-tiba…toiiiiiiiinggggggggg!!!! Tanpa rangsangan, tanpa usapan, tanpa aba-aba, penis Anda tiba-tiba ikut mengacung.
Situasi: Anda sedang bersantai di tepi kolam renang. Mengenakan kacamata hitam, berbaring sambil berjemur karena Anda ingin kulit yang berwarna tembaga. Anda memejamkan mata. Jelas tak ada rangsangan bagi pandangan mata dari gadis-gadis berbikini. Atau bila Anda gay, rangsangan dari pria-pria dengan perut seperti durian terbelah. Tiba-tiba saja Anda merasakan sensasi yang sering Anda rasakan tiap pagi. Moby dick Anda mulai memberontak. Dan toiiiiiiiiiinggggg!!!! Belum sempat Anda memutuskan apakah harus segera berbalik atau berlari pergi, penis telah beraksi.
Situasi: Anda sedang membaca tulisan ini. Lingkungan aman terkendali karena Anda berada di dalam kamar, sendiri. Tanpa ekspetasi apa-apa, sekedar iseng, menunggu lelap. Saat Anda mulai berimajinasi untuk memindai tulisan menjadi bentuk gambar, tiba-tiba toiiiiiiingggggg!!!!!! Anda jadi bertanya-tanya, apakah ini sekedar penis memberi salut pada tulisan tentang dirinya, atau sesungguhnya di bawah sadar Anda memiliki ketertarikan tersembunyi pada penis yang lain juga.

Meskipun yang lebih penting adalah The Singer, namun The Singer tanpa The Song juga tak akan bermakna. Dalam hal ini penis sebagai The Song dirasa perlu dibahas, dikupas, diobok-obok dan dibedah lebih detil. Mengapa? Karena sebelum menyanyi, seorang penyanyi perlu mengenal betul lagunya, notasinya, liriknya, bagaimana cara menyanyikan, menempatkan emosi, tempo, kunci, vibrasi dan sebagainya. Demikian pula penis, perlu sekali diketahui secara lebih mendalam dan mendetil oleh pemiliknya, supaya tidak sekedar jadi benda bergantung canggung melompong belaka.
Judul-judul film yang dijadikan judul-judul artikel ini terkadang memberi kesan tak berhubungan. Well, tentu saja ada hubungannya. Kalau Anda tak bisa menemukannya, maka imajinasi Anda harus diperluas. Ingat-ingat saja filmnya, dan bagi yang belum menyaksikan, cari tahu. Dan sekedar tips konyol: perhatikan penis Anda atau penis pasangan Anda saat menonton film yang disebut. Anda akan mendapat sudut pandang baru yang belum pernah Anda rasakan sensasinya. Dahsyat!
Moby Dick bicara panjang lebar soal anatomi penis. Bagian-bagian apa saja yang membentuk tongkat keramat para pria ini, serta apa saja fungsinya. Tentu saja anatomi kedua telur yang terus dierami namun tak pernah menetas juga disertakan dalam bagian ini.
Godzilla bicara soal ukuran. Ukuran penis adalah sesuatu yang banyak menjadi obsesi kaum pria. Meskipun berulang kali pria diberi penjelasan bahwa size doesn’t matter, atau ukuran tidak bermakna, namun bagi mereka tetap saja size does matter, seperti tagline film Godzilla. Sayangnya, ukuran penis diturunkan secara genetis, sehingga bila penis kakek dan ayah seukuran pisang susu, jauhlah harapan si anak memiliki ukuran pisang tanduk. Kecuali kakek dari pihak ibu memiliki ukuran jumbo. Dari abad ke abad, tawaran yang sifatnya membodohi para pria yang kebetulan “kurang beruntung” ini terus bermunculan: membesarkan penis dengan ramuan, urut, pijat, hingga operasi. Tentu hasilnya sama sekali tak dapat dipercaya. Beberapa anjuran dari mulut ke mulut, dari teman ke teman antara lain: merendam penis dengan air teh basi, membalur dengan minyak ular, mengkonsumsi sperma unta juga tak terbukti bermakna.
Gentlemen Prefer Blondes bicara soal perbedaan yang timbul karena dilakukannya, atau tidak dilakukannya sunat. Tradisi sunat atau bahasa kerennya circumcise juga mengubah pernampakan penis. Sunat merupakan tindakan memotong atau mengerat kulit kulup yang lazim dilakukan pada banyak bangsa; sebagian berkaitan dengan perintah agama, sebagian berkaitan dengan tradisi atau budaya. Tindakan sunat ini memancing pro dan kontra sejak jaman dahulu kala, dan akan kita bahas secara mendalam kemudian.
Mandingo bicara soal bentuk dan warna yang menjadikan penis dikagumi, dicemooh, atau ditakuti. Bagi yang pernah berjalan-jalan ke Florence, Italia, tentu menyempatkan diri melihat arca terkenal David, karya Michaelangelo. David digambarkan berperawakan langsing berotot, wajah rupawan, dengan penis mini berkulup. Mungkin penis yang demikianlah yang dianggap sexy pada tahun 1504. Tanpa mengindahkan faktor budaya dan sejarah bahwa David (Daud) adalah orang Yahudi yang tentu saja disunat, David yang ini akan selalu dikenang sebagai David dengan penis berkulup mirip tutup pasta gigi.
The River of No Return bicara soal aliran, baik aliran kencing maupun air mani, yang dikeluhkan beberapa pria yang disebabkan kondisi sejak lahir, atau didapat kemudian. Kondisi sejak lahir biasa dikenal biasanya bentuk terbelah glans penis bagian bawah, yang membuat ujung saluran kencing lebih lebar. Seperti bibir sumbing, namun terjadi pada sang burung. Kalau burung yang satu ini bisa berkicau, kicauannya mungkin sember. Keadaan ini akan nampak lebih mencolok pada penis yang disunat daripada yang berkulup. Pancaran urin akan melebar dan menimbulkan suara fals pada saat kencing. Nadanya tidak bulat, kata para juri Idol.
Diamonds are Forever bicara soal perhiasan-perhiasan yang muncul pada penis, entah usia muda entah menjelang dewasa. Perhiasan yang sesungguhnya bling-bling ini tidak disadari kehadirannya, namun karena semakin dewasa penis juga semakin besar dan perhiasannya tentu saja semakin tinggi karatnya, maka kilau kemilaunya membuat takut sang empu, mengira ia terkena Infeksi Menular Seksual. Apalagi kalau sang pemilik seorang yang memiliki halo sangat ketat di kepala dan tiba-tiba karena khilaf tergiur godaan dunia. Kunjungan ke dokter bisa melebihi takaran obat, tiga kali sehari, dan paniknya menjadi-jadi. Padahal, yang ditakutkan sebetulnya adalah keadaan normal penisnya, yang kebetulan perhiasannya agak berlebihan seperti Bianca Castafiore.
Dr Jeckyll and Mr. Hyde bicara soal perubahan pada penis karena dibuat sang pemilik dan kondisi manipulasi terhadap penis yang mengakibatkan kondisi fatal tak terkoreksi. Dari soal jimat dan ramuan cinta, pelindung bahaya, sampai penilaian kejantanan dan pemuas nafsu membuat pria menyematkan segala rupa benda, dari yang agak tidak lazim sampai yang astaganaga pada penisnya.
The Proud Ones akan membicarakan soal mekanisme ereksi. Ereksi yang mengilhami pembuat telepon seluler menamai produknya (yang ini bohongnya saya deh), merupakan keadaan yang membuat seorang pria berbahagia, resah, bingung, malu, dan berbagai jenis emosi jiwa lainnya; emosi positif akan timbul bila saatnya tepat, emosi sebaliknya timbul bila waktu terjadinya tak sesuai situasi dan kondisi. Namun tetap saja, ereksi merupakan kebanggaan setiap pria, suatu keadaan dimana sang burung menggandakan kebesarannya, mirip Hulk si raksasa hijau, dan dipandang sebagai simbol kedigdayaan dan kejantanan dari masa ke masa. Kalau kurang yakin cukup pergi ke museum terdekat dan lihatlah arca lingga peninggalan zaman lampau. Tak ada lingga yang berbentuk meleyot, bukan? Atau kalau tak ada museum, cukup pergi ke dapur tradisional untuk melihat alu dan lesung, yang menyerupai lingga dan yoni, perlambang kelamin pria dan perempuan. Tak pernah lihat alu dan lesung? Ya, ampun… Saya tak bisa menyamakan dengan muntu atau ulekan dan cobek, karena muntu bentuknya lebih mirip pistol.
The Incredible Journey bicara soal perjalanan sperma dari buah zakar hingga membuahi sel telur. Makna yang dapat diambil setelah mengikuti perjalanan luar biasa ini adalah betapa setiap manusia adalah mahluk unggul, yang telah mengalahkan beratus juta saingannya dalam perlombaan adu cepat menuju sel telur. We are the Champion, kata syair band legendaris Queen, dan memang begitu kenyataannya. Dari sebab itu sangat menyedihkan bila seorang manusia merasa lebih rendah daripada manusia lain, dan sangat nista bila seorang manusia menganggap dirinya lebih unggul dari manusia lain.
A Pocketful of Miracles membicarakan soal buah zakar. Buah zakar dalam kantung yang memiliki fungsi ajaib dalam menjamin kelangsungan hidup manusia dari generasi ke generasi, millennium ke millennium. Buah yang terus menerus dibawa kemanapun empunya pergi, sejak lahir hingga mati.
Tea and Sympathy membicarakan soal perubahan seorang pria dari masa kanak-kanak menjadi dewasa. Perubahan-perubahan apa saja yang ia alami, yang meresahkannya, memalukannya, membahagiakannya. Bagaimana ia beralih dari mahluk polos menjadi polka dot, plontang plonteng, setelah tubuhnya mengalami pancaroba. Masa taufan dan badai, meminjam bahasa para seniman masa lalu.
Selamat menikmati tulisan berseri dalam The Penis Book!


dr. Stanislaus Bondan M.Kes


Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189

Tidak ada komentar:

Posting Komentar