Mind Sketch by ns |
“Wanita adalah
mahluk yang rumit”, demikian dikatakan orang. Hal ini bisa saja benar apabila
kita membandingkan proses biologis yang terjadi antara tubuh wanita dengan
tubuh laki-laki. Bahkan menurut wanita sendiri, banyak kejadian pada tubuhnya
yang sulit untuk mereka mengerti. Salah satunya adalah menstruasi.
Menstruasi boleh
jadi merupakan kejadian yang sangat akrab dengan diri wanita karena
kedatangannya yang rutin tiap bulan. Meski tampak sepele, menstruasi yang terlambat datang atau tidak
datang sama sekali, mampu membuat si wanita gelisah dan pusing kepala. Begitu
pun jika datang tapi menimbulkan masalah lain, seperti nyeri perut. Maka perihal
menstruasilah yang sering ditanyakan oleh pasien wanita kepada dokternya.
The Female Hormones
Seperti halnya pada
laki-laki, segala aktifitas yang berkaitan dengan reproduksi pada tubuh wanita
dikendalikan oleh hormon. 2 hormon yang membuat seorang wanita menjadi wanita
adalah estrogen dan progesteron. Hormon reproduksi di tubuh wanita bekerja
lebih rumit dibanding di tubuh laki-laki, karena harus menyinkronkan aktifitas
ovarium dengan aktifitas rahim. Sementara pada laki-laki, hormon reproduksi hanya
bekerja mengatur produksi sperma.
Kesuburan seorang
wanita sangat dipengaruhi oleh koordinasi aktifitas ovarium dan rahim. Bila
hanya salah satu yang bekerja, maka bisa dipastikan wanita itu tidak subur
alias tidak dapat memiliki keturunan. Tentunya kecuali bila dilakukan tindakan
untuk mengatasi masalah tersebut. Pertanyaannya menjadi, bagaimana seorang
wanita tahu dirinya subur atau tidak? Hal paling mudah adalah dengan
memperhatikan menstruasinya. Karena menstruasi merupakan tanda bahwa the female hormones bekerja dengan baik.
Siklus Menstruasi
Menstruasi yang
datang secara teratur disebut dengan siklus menstruasi. Hari pertama mens
adalah permulaan hitungan siklus menstruasi, di mana siklus akan berulang dalam
waktu 21-32 hari, dengan lama menstruasi sekitar 1-7 hari. Rata-rata orang dewasa
akan mendapat mens setelah 28-35 hari, dan durasinya 3-5 hari. Pada remaja
putri, siklus menstruasi bisa berlangsung lebih panjang, yakni sampai dengan 45
hari.
Siklus menstruasi terbagi
atas dua tahapan berdasarkan aktifitas ovarium, yaitu fase folikuler dan fase
luteal. Mens berlangsung saat fase folikuler, yakni fase di mana estrogen
secara perlahan meningkat produksinya. Peningkatan estrogen berpengaruh pada
menebalnya dinding rahim. Hal ini dimaksudkan agar rahim siap menjadi tempat
perlekatan embrio bila terjadi pembuahan sel telur oleh sperma.
Bersamaan dengan mulai
menebalnya dinding rahim, sel telur mengalami proses pematangan dalam bentuk
folikel. Menjelang hari ke-14 dalam siklus, estrogen mencapai puncak produksi.
Pada saat ini folikel pecah mengeluarkan sel telur yang disebut dengan ovulasi.
Sel telur kemudian keluar dari ovarium, berjalan melalui tuba falopii menuju rahim.
Seorang wanita bisa
menjadi hamil bila terjadi pembuahan sel telur oleh sperma sekitar 3 hari
sebelum atau pada hari terjadinya ovulasi. Pada wanita dengan siklus menstruasi
yang pendek, ovulasi mungkin terjadi sebelum hari ke-14. Dan pada wanita yang
siklusnya lebih panjang, mungkin mengalami ovulasi setelah hari ke-14.
Fase berikutnya,
yaitu fase luteal, adalah ketika folikel yang pecah berlanjut menjadi korpus
luteum dan menghasilkan hormon untuk mempersiapkan rahim menuju kehamilan. Hormon
yang berperan adalah estrogen dan progesteron. Selama 14 hari korpus luteum
akan bekerja sebelum berubah menjadi korpus albikans dan akhirnya meluruh
bersama lapisan rahim saat mens. Proses ini terjadi bila tidak ada kehamilan.
Dinamika Menstruasi
Pola siklus
menstruasi biasanya teratur untuk tiap individu. Mens pertama (menarche) rata-rata didapat saat berusia
13 tahun (saat ini cenderung makin muda) dan menopause dialami mulai usia 45-55
tahun. Dalam hitungan bulan sampai dengan 5 tahun setelah menarche, siklus menstruasi belum sepenuhnya teratur akibat belum
matangnya sistem yang mengatur hormon reproduksi. Sementara menjelang
menopause, siklus menstruasi biasanya memanjang.
Riwayat menstruasi
dengan siklus yang panjang atau pendek biasanya menandakan adanya anovulasi
(tidak ada pematangan sel telur). Hal ini akibat perubahan yang terjadi saat
fase folikuler. Sementara untuk fase luteal, sifatnya adalah tetap (fix).
Akan tetapi, setiap
wanita hampir bisa dipastikan akan mengalami suatu periode di mana siklus
mensnya mengalami ketidakteraturan. Bisa waktunya yang berubah, atau kualitas
menstruasinya. Namun hal ini kebanyakan hanya berlangsung sementara. Yang perlu
diingat, perdarahan abnormal bagi wanita adalah perdarahan yang terjadi di
antara siklus menstruasi dan perdarahan setelah melakukan hubungan seksual.
Periksakan diri Anda ke dokter bila mengalami salah satu keadaan di atas.
Referensi
Oxford Handbook of
Obstetrics and Gynaecology 2nd edition
Fundamentals of Anatomy and
Physiology 7th edition
dr.Gina Anindyajati
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta
Pusat 10310
+6221-3915189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar