Jumat, 13 September 2013

Wanita dan Risiko Osteoporosis

courtesy of radioparadise.com
Beberapa hari yang lalu saya berkesempatan berbagi dengan mahasiswa kedokteran yang sedang belajar mengenai siklus hidup. Saat mempelajari kasus dalam diskusi, kami sampai pada bahasan tentang osteoporosis. Meski iklan susu yang ditujukan khusus untuk wanita demi mencegah osteoporosis sering nongol di layar kaca, ternyata pemahaman akan osteoporosis ini masih simpang siur.

Misalnya saja, menurut cerita seorang kawan yang bekerja di klinik osteoporosis, setiap pasiennya yang datang ngeyel minta diperiksa dan didiagnosis osteoporosis padahal yang mereka alami adalah peradangan sendi akibat degenerasi seiring bertambahnya usia. Yang pasien yakini adalah bahwa mereka sudah berumur, badannya sakit-sakit, dan mereka merasa mengalami osteoporosis. Padahal belum tentu.

Kenyataan lain lagi ditunjukkan dari 93% wanita mengetahui keseriusan permasalahan osteoporosis, tapi 8 dari 10 orang tidak mau percaya kalau mereka berisiko mengalami osteoporosis. Bahkan 80% wanita yang didiagnosa dengan osteoporosis tidak sadar bahwa mereka memiliki risiko saat belum dinyatakan dengan diagnosis osteoporosis. Aneh? Memang. Karena manusia cenderung melihat atau mendengar hanya apa yang mereka ingin lihat atau dengar. Maka melalui tulisan ini, mari kita sama-sama mengenal osteoporosis dan kenali apakah kita berisiko.


Tanda-tanda Osteoporosis
Osteoporosis merupakan keadaan berkurangnya kepadatan (densitas) dan kualitas tulang. Hal ini membuat tulang menjadi rapuh dan berisiko untuk patah, terutama bagian tulang belakang, pergelangan, dan pinggul. Tiga tipe utama patah tulang pada osteoporosis yakni melibatkan pergelangan tangan, tulang belakang, serta patah tulang pinggul.

Kondisi osteoporosis biasa disebut sebagai “silent disease” atau penyakit yang sunyi karena memang munculnya tanpa diiringi tanda khusus. Kebanyakan orang pertama kali mengetahui dirinya osteoporosis setelah mengalami patah tulang akibat trauma yang terhitung ringan (keseleo, terbentur, jatuh) pada pinggul atau tulang belakang. Ketika tulang belakang mengalami patah, gejala yang tampak dapat berupa nyeri boyok hebat, berkurangnya tinggi badan, atau postur tubuh yang berubah.

Monopoli Wanita?

Permasalahan osteoporosisi dialami oleh banyak orang di seluruh dunia, dengan angka risiko patah tulang mencapai 30-50% pada wanita, dan 15-30% pada lelaki dalam hidupnya. 1 dari 3 wanita yang berusia di atas 50 tahun mengalami patah tulang akibat osteoporosis. Angka ini akan bertambah menjadi 1 dari 2 wanita yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Akan tetapi, lelaki pun dpat mengalami osteoporosis meskipun risikonya lebih kecil. Sekitar 1 dari 5 lelaki yang mengalami patah tulang akibat osteoporosis di usianya yang lebih dari 50 tahun. Sementara bagi lelaki dengan usia di atas 60 tahun, angkanya menjadi 1 dari 3 lelaki yang mengalami patah tulang.

Hingga saat ini diperkirakan ada 1.6 juta kasus patah tulang pinggul di dunia. Dan diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun 2050 mencapai 6.3 juta kasus. Angka ini saat ini terlihat cukup mencolok di kawasan Asia. Saking lazimnya, WHO (badan kesehatan dunia) menyatakan bahwa osteoporosis berada di peringkat kedua permaalahan kesehatan global setelah penyakit jantung dan pembuluh darah.

Kondisi di Indonesia

Tidak ada data yang pasti yang bisa menyebutkan berapa banyak penduduk Indonesia yang mengalami osteoporosis. Namun melalui sebuah studi pendahuluan yang dilakukan tahun 2002 di beberapa kota besar, didapatkan hasil bahwa 35% memiliki kepadatan tulang normal, 36% menunjukkan tanda osteopenia (pengurangan sel tulang), dan 29% menderita osteoporosis. Pemeriksaan dilakukan dengan mengecek kepadatan tulang masing-masing peserta menggunakan mesin ultrasound.

Dari hasil studi yang sama, diketahui bahwa di antara wanita yang menglami osteoporosis, 14% nya berusia d bawah 50 tahun. 28% wanita yang osteoporosis berusia di antara 50-60 tahun, dan 47% wanita di usianya yang antara 60-70 tahun. Hal ini sesuai dengan fakta bahwa osteoporosis merupakan temuan yang lazim di kalangan lansia.

Cari Tahu Dengan...


Untuk mengetahui apakah diri kita berisiko osteoporosis atau tidak, bisa dengn menggunakan sebuah instrumen yang berjudul Tes Risiko Satu Menit oleh International Osteoporosis Foundation. Baru setelah didapatkan hasil yang cenderung ke arah osteoporosis, maka disarankan untuk lanjut periksa ke dokter dan cek laboratorium.

Dokter dapat melakukan pemeriksaan kepadatan mineral tulang (bone density mineral test) untuk daerah yang berisiko tinggi mengalami patah tulang akibat osteoporosis (pergelangan tangan, tulang belakang, dan pinggul). Sehingga melalui tes ini dapat diketahui tentang:

  • Kepadatan tulang yang rendah sebelum terjadinya patah tulang
  • Konfirmasi diagnosis osteoporosis bila telah mengalami patah tulang
  • Memprediksi kemungkinan patah tulang di masa datang
  • Menentukan kecepatan hilangnya kepadatan tulang dan efektifitas terapi bila rutin dilakukan tiap tahun

Yang Bisa Dilakukan Untuk Pencegahan


Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya osteoporosis saat kita tua nanti adalah:

  • Menjaga gaya hidup yang sehat untuk melindungi diri dari kemungkinan patah tulang di masa datang
  • Menjaga diet seimbang untuk mendapatlan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup
  • Menghindari merokok dan konsumsi alkohol
  • Melakukan olah raga angkat beban secara teratur. Olahraga yang bagus untuk kesehatan tulang di antaranya ialah berlari, skipping, aeorbik, tenis, dan jalan cepat.

Gaya hidup sehat membawa begitu banyak manfaat termasuk dapat menjaga kesehatan tulang. Maka, rajinlah berolah raga dan makan makanan secara seimbang agar kita menua dengan sehat.


Referensi:
International Osteoporosis Foundation-Osteoporosis Fact Sheet

dr.Gina Anindyajati
g.anindyajati@angsamerah.com

Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
customer@angsamerah.com
www.angsamerah.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar