Di suatu akhir pekan, saya berkesempatan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan pada sekelompok remaja usia SMA. Tentu saja saya berharap hasilnya akan baik semua, mengingat mereka adalah anak kota dengan asupan gizi cukup. Ternyata, hal ini tidak sepenuhnya terbukti karena banyak dari remaja putrinya yang menunjukkan tanda anemia.
Anemia adalah kondisi di mana tubuh kekurangan sel darah merah yang sehat. Sel darah merah, sebagai salah satu komponen dari darah dalam tubuh berfungsi untuk menghantarkan oksigen yang didapat dari proses pernapasan ke sel. Oksigen ini menjadi salah satu bahan yang diperlukan sel untuk melakukan metabolisme sehingga ia dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Tanpa oksigen, sel tidak dapat bekerja.
courtesy of idealmagazine.co.uk |
Pada sel darah merah, terdapat komponen bernama hemoglobin. Jika sel darah merah diibaratkan sebagai sebuah kendaraan, maka hemoglobin adalah kursi khusus milik oksigen. Nah pada orang yang anemia, kursi khusus ini jumlahnya hanya sedikit, sehingga oksigen yang bisa diangkut pun sedikit jumlahnya. Normalnya, hemoglobin atau biasa disingkat Hb pada lelaki adalah 13,5 g/dL dan pada wanita 12 g/dL. Orang yang anemia akan tampak sebagai:
- Pucat
- Cepat lelah dan selalu merasa capek
- Deg-degan
- Bernafas pendek
- Tidak nafsu makan
- Rewel, sensitif, mudah marah
- Gangguan perilaku
- Punya keinginan kuat untuk mengonsumsi zat-zat yang tidak bergizi
Sebetulnya, setiap orang berisiko mengalami anemia. Usia kanak-kanak misalnya, mereka bisa saja mengalami anemia karena suatu penyakit yang sifatnya diturunkan, atau karena infeksi cacing di saluran pencernaan. Pada orang berusia lanjut juga bisa mengalami anemia akibat pola makan yang tidak seimbang, misalnya karena giginya ompong sehingga kesulitan mengonsumsi daging atau kacang-kacangan. Sementara pada orang dewasa, anemia sealu membayangi kehidupan wanita karena dihadapkan pada siklus menstruasi dan kehamilan. Periode ini adalah periode yang sangat penting untuk menjaga asupan gizi agar mencegah anemia.
Seperti disinggung di atas, anemia bisa disebabkan oleh banyak hal. Terdapat sekitar 400 tipe anemia dengan 3 kategori besar sebab terjadinya anemia, yaitu:
1. Kehilangan darah (perdarahan)
2. Kesalahan produksi (kurang bahan baku, salah komposisi, dll)
3. Penghancuran darah yang berlebihan
Satu sel darah merah memiliki siklus hidup selama 120 hari atau sekitar 3 bulan. Nah pada orang dengan anemia kategori ketiga, sel darah merahnya dihancurkan lebih cepat sementara produksi darah barunya belum siap untuk menggantikan darah yang dihancurkan. Maka timbullah anemia.
Salah satu tipe anemia yang paling sering ditemui di negara kita adalah anemia defisiensi besi (ADB). Biasa terjadi pada anak-anak maupun remaja, dan kelompok vegetarian (pemakan sayur saja). ADB terjadi akibat kurangnya zat besi dalam tubuh karena pola makan yang kurang baik, sehingga mengganggu pembentukan hemoglobin. Bila didiamkan maka dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan. Tak perlu khawatir karena kondisi ini sangat bisa diatasi dengan melakukan perubahan pola diet dan pemberian suplemen makanan.
Selain karena asupan makanan yang kurang zat besi, ADB juga dapat terjadi karena proses kehilangan darah melalui menstruasi, sering mendonorkan darah, latihan ketahanan yang berat (endurance training), maupun konsumsi minuman berkafein. Pada ibu hamil dan menyusui juga berisiko mengalami ADB karena proses metabolisme yang mengalami peningkatan.
Pola diet yang tidak seimbang juga bisa menyebabkan anemia karena defisiensi vitamin. Vitamin B12 dan asam folat memiliki peran penting dalam pembentukan sel darah, begitupun vitamin lainnya. tak hanya itu, kebiasaan tidak makan daging atau hanya sedikit sekali, makan sayur yang dimasak terlalu matang atau terlalu sedikit, juga bisa menyebabkan anemia. Ditambah lagi dengan penggunaan alkohol.
Remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan tentunya memiliki kebutuhan khusus akan zat besi. Dalam sehari, remaja putri memerlukan 15 mg zat besi dan remaja putra 11 mg. Kebutuhan ini bisa dipenuhi dengan mengonsumsi beragam makanan seperti:
- Kuning telur
- Daging merah
- Ayam
- Ikan
- Kacang-kacangan
- Sayuran berdaun warna gelap
Konsumsi minuman bersoda dan keripik seperti keripik kentang harus dibatasi. Sementara untuk membantu penyerapan zat besi, konsumsi makanan yang kaya vitamin C akan sangat membantu seperti melon, stroberi, tomat, dan kentang. Kadang-kadang suplemen zat besi juga diberikan kepada remaja putri atau ibu hamil yang memerlukan. We are what we eat, so choose wisely :)
dr.Gina Anindyajati
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar