Beberapa waktu yang lalu ada seorang teman wanita yang mengeluhkan adanya rasa nyeri di perut sebelah kanan. Katanya sih, rasa nyerinya ini tidak selalu muncul, hanya bila diberi tekanan sedikit saja di area perut bawah kok rasanya seperti nyeri tumpul. Ia khawatir dengan kemungkinan usus buntu, begitu katanya.
courtesy of dailymail.co.uk |
Usus buntu atau yang dalam istilah medis disebut appendicitis, merupakan penyebab nyeri perut tersering yang ditemui dalam praktik sehari-hari. Masalahnya, meski sering, tampilannya bisa sangat berbeda dari satu orang dengan orang lainnya. Sehingga dalam menentukan kasus usus buntu atau bukan seringkali diperlukan pengamatan berseri. Maklum saja, perut berisi macam-macam organ, sehingga kemungkinan penyebab sakitnya pun banyak dengan tampilan yang serupa.
Bagi dokter, menentukan kasus usus buntu atau bukan merupakan sebuah seni tersendiri. Tak jarang kasus usus buntu yang sebenarnya malah terlewatkan dari hasil pemeriksaan, dan pasien mendapatkan penanganan untuk hal lain. Hal ini dikarenakan tampilannya yang beragam antar individu. Kejadian over-diagnosis, atau sakit perut yang bukan karena usus buntu tapi dibilang usus buntu juga banyak dialami. Akhirnya pasien terpaksa menjalani operasi appendektomi (pengangkatan appendiks) karena diagnosis yang salah.
Untuk meminimalisir kesalahan, ada beberapa tanda dan gejala yang ditampakkan oleh kebanyakan orang dengan usus buntu, seperti:
1. Demam, terutama pada anak kecil
2. Mual muntah
3. Nyeri perut kolik (hilang timbul seperti diremas) yang bisa saja diawali dengan diare
4. Pola nyeri tipikal
Sedikit saja orang dengan usus buntu yang menunjukkan gejala ini. Biasanya rasa nyeri mulai dari ulu hati dan bergeser ke perut kanan bagian bawah. Bila ditemukan juga rasa nyeri akibat penekanan di sisi perut kiri bawah, maka kemungkinan usus buntu semakin besar.
5. Pola nyeri atipikal
Nyeri perut bagian kanan atas atau nyeri boyok, rasa nyeri di seluruh bagian bawah perut yang pada wanita dapat menyerupai gejala peradangan alat reproduksi.
Terjadinya usus buntu dipercaya oleh banyak orang akibat doyan mengonsumsi cabai, sehingga bijinya menumpuk di umbai cacing (appendiks). Bagian usus ini merupakan struktur kantong yang terhubung dengan usus. Memang benar bahwa usus buntu terjadi akibat penyumbatan di appendiks oleh appendikolit (batu di umbai cacing). Nah pertanyaannya, kok batu bisa masuk ke dalam usus?
Telah disebutkan bahwa umbai cacing adalah bagian usus yang buntu, sehingga segala yang masuk sulit sekali untuk keluar lagi. Bahan makanan yang kesasar atau kotoran yang salah belok ke umbai cacing, bila berdiam di sana dalam jangka waktu lama maka akan membatu, sama seperti fosil. Karena tidak bisa keluar ataupun diserap tubuh, lama kelamaan umbai cacing akan penuh dengan sampah dan memancing koloni bakteri untuk berkembang biak di sana. Mulailah terjadi peradangan yang menimbulkan rasa nyeri.
Peradangan pada umbai cacing bisa saja sembuh sendiri saat daya tahan tubuh baik. Tapi karena umbai cacing tadi berisi kotoran yang membatu, kuman akan betah di sana dan berulangkali memunculkan peradangan. Bila tidak ditangani secara tepat, umbai cacing bisa membengkak hebat, berisi nanah, dan akhirnya pecah. Proses ini disebut perforasi appendiks dan bisa menyebabkan kematian jika tidak segera dioperasi.
Apakah bila mengalami usus buntu harus dioperasi? Hingga saat ini, operasi masih merupakan penanganan definitif untuk usus buntu. Tentu saja dibantu dengan manajemen cairan dan pemberian antibiotik yang sesuai untuk membunuh kuman penyebab radang di appendiks. Untuk mengurangi risiko mengalami usus buntu maka ada baiknya kita meningkatkan konsumsi buah dan sayur mencapai 5-11 porsi dalam sehari. Karena makanan tinggi serat membantu melancarkan pencernaan dan tidak membuat kotoran betah berlama-lama dalam perut.
Referensi:
Outlines in Clinical Medicine – Skyscape 2012
dr.Gina Anindyajati
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar