Sabtu, 07 Desember 2013

Pentingnya VCT dalam Layanan HIV/AIDS

Tanggal 1 Desember biasa diperingati sebagai Hari AIDS sedunia. Peringatan hari ini dimaksudkan agar masyarakat memiliki kesadaran tentang pentingnya menjaga diri dan orang yang dicintai agar tidak tertular virus HIV. Selama periode Januari hingga Juni 2013 saja dilaporkana ada sekitar 10.000 orang yang hidup dengan HIV di Indonesia, dengan penderita terbanyak pada kelompok umur 20-39 tahun. Bila dulu penderita HIV banyak berasal dari kalangan pemakai narkoba suntik, namun kini justru semakin banyak dari kelompok heteroseksual yang terjangkit virus HIV.

courtesy of thejournal.ie
Perilaku yang berisiko tinggi seperti melakukan seks yang tidak aman atau menggunakan jarum suntik secara bergantian adalah ancaman yang nyata secara fisik. Akan tetapi tak bisa dipungkiri bahwa aspek psikososial juga berperan penting dalam terjadinya penularan HIV/AIDS yang begitu cepat. Sehingga untuk menangani masalah kesehatan masyarakat yang demikian diperlukan pendekatan holistik sebagai bagian dari upaya promotif, preventif, maupun kuratif. Sebagai contoh adalah VCT (voluntary counselling and testing) yang merupakan cara untuk mendeteksi dini status HIV seseorang dengan melakukan konseling dan tes secara sukarela.


VCT dilakukan tanpa paksaan dari siapapun, melainkan keinginan klien sendiri. Dan dengan mengetahui status HIV seseorang sedini mungkin, maka dapat diambil langkah yang terkait layanan pencegahan penularan, perawatan, dukungan, serta pengobatan. Sehingga dikatakan VCT merupakan pintu masuk dalam upaya kesehatan terkait HIV/AIDS. Akses untuk VCT dapat diperoleh di layanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta, dalam bentuk layanan keliling atau statis (klinik tetap).

Melalui VCT diharapkan klien mendapatkan bantuan untuk dapat mengubah perilakunya dari berisiko menjadi tidak berisiko. Hal ini dapat dicapai dengan metode konseling yang memungkinkan klien mampu mengelola kejiwaannya dan mampu berproses menggunakan pikirannya secara mandiri. Dalam VCT juga didapatkan proses motivasi untuk mendorong nurani dan logika melalui perubahan emosional dan pengetahuan.

Konseling dalam VCT terbagi dalam 2 tahap, yakni sebelum dan sesudah tes. Sebelum melakukan tes HIV, konseling bertujuan untuk mendiskusikan dan menyiapkan klien untuk tes HIV. Dalam kesempatan ini terjadi pertukaran informasi tentang pengetahuan yang dimiliki klien, prosedur tes, serta pengelolaan diri menghadapi hasil tes. Saat tes sudah dilakukan dan sudah ada hasilnya, maka tahapan selanjutnya adalah konseling pasca tes. Pada saat ini hasil tes HIV disampaikan dan petugas membantu klien untuk beradaptasi dengan hasil yang diterima. Dari keseluruhan proses ini harapannya terjadi sebuah pembelajaran mengenai HIV/AIDS beserta risiko dan konsekuensi baik untuk diri sendiri maupun orang terdekat.

Sangat disarankan bagi mereka yang memiliki perilaku berisiko tertular virus HIV untuk melakukan VCT. Tujuannya tentu saja untuk mencegah dirinya agar tidak tertular penyakit yang lain ataupun tidak menulari orang lain. Dan bila menjadi klien pun tak perlu khawatir karena kerahasiaan (confidentiality) dalam proses ini sangat terjamin.


Referensi:
Panduan VCT Departemen Kesehatan RI 2008



dr.Gina Anindyajati


Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189







Tidak ada komentar:

Posting Komentar