Courtesy of bighannahmontanafan.com |
Hidup memang kadang
di atas kadang di bawah. Sebagai manusia, rasanya pun wajar jika kita bersedih
hati atau merasa tak bersemangat untuk beraktivitas. Apalagi di zaman seperti
sekarang ini, di mana semua berjalan dengan ritme yang begitu cepat, semua orang
bekerja lebih keras dibanding waktu dulu, hampir sebagian besar dibayar lebih
sedikit dari yang seharusnya, maka hal yang lumrah bila kita tidak selalu
merasa “100% energized”.
Normalnya perasaan
seperti itu berlangsung sebentar dan hilang dalam hitungan hari, namun bila
rasa ini tidak hilang dalam jangka waktu lama, sangat mungkin Anda mengalami
depresi. Keadaan depresi membuat seseorang tak bisa berfungsi sebagaimana
biasanya dan menimbulkan beban bagi orang terdekat. Depresi adalah keadaan yang
umum ditemui dan merupakan kondisi yang serius, sehingga butuh penanganan ahli
untuk kembali ke kondisi baik.
Bagi banyak orang
penyebab depresi adalah karena stres yang hebat. Bagi sebagian yang lain,
depresi adalah sesuatu yang sifatnya diturunkan dalam keluarga. Semuanya benar,
depresi terjadi karena kombinasi genetik, faktor biologis dan lingkungan, serta
psikologis. Meski berbagai riset telah dilakukan, namun tetap saja sulit untuk
menentukan apa sebenarnya penyebab depresi.
Salah satu teori
mengatakan bahwa depresi adalah suatu kondisi di mana otak kita mengalami
gangguan akibat ketidakseimbangan neurotransmiter—zat kimia yang memungkinkan
sel otak untuk berkomunikasi. Teknologi, melalui pencitraan otak dengan MRI (magnetic resonance imaging), menunjukkan
bahwa ada perbedaan antara otak manusia normal dengan yang mengalami depresi
pada bagian tertentu. Ilmuwan juga mengatakan jika beberapa jenis depresi
memang muncul di keluarga dengan riwayat depresi, tapi mereka yang keluarganya
tidak punya riwayat depresi pun tetap bisa mengalami episode depresi.
Suatu trauma yang
hebat mampu membuat seseorang mengalami depresi, dan hal ini rupanya lebih
sering terjadi pada wanita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gejolak hormonal
yang terjadi sepanjang hidup seorang wanita memberikan efek langsung terhadap
proses kimiawi di otak, sehingga mereka rentan terhadap depresi. Contohnya
depresi pasca melahirkan, premenstrual
syndrome (PMS), atau yang lebih para disebut premenstrual dysphoric disorder (PMDD). Selain hormon, banyaknya
tuntutan kepada seorang wanita seiring dengan perkembangan zaman juga menjadi
stresor yang memicu depresi.
Umumnya wanita yang
depresi merasa sedih dan tak berguna, hal ini berbeda dengan lelaki yang
cenderung merasa sangat lelah, mudah tersinggung serta sulit tidur. Lelaki akan
mudah mencari pelampiasan bagi rasa depresinya dengan menjadi doyan minum atau
menggunakan obat-obatan terlarang. Tak jarang mereka kemudian berperangai kasar
dan tidak peduli. Wanita maupun lelaki sama-sama berpikir untuk bunuh diri,
meski kemudian lebih banyak lelaki yang mewujudkan pemikiran ini.
Beberapa tanda dan
gejala depresi adalah sebagai berikut:
- Rasa sedih, gelisah dan bersalah yang berkepanjangan.
- Perasaan tak berdaya atau pesimis.
- Perasaan bersalah dan tak berharga.
- Mudah tersinggung dan tak bisa beristirahat.
- Kehilangan rasa percaya diri
- Menghindari bertemu orang, bahkan juga sahabat dekat
- Kehilangan minat pada aktivitas yang biasanya disenangi.
- Kelelahan dan berkurangnya energi.
- Mengalami gangguan tidur
- Kesulitan berkonsentrasi, mengingat hal yang mendetil dan mengambil keputusan.
- Hilang nafsu makan atau makan berlebihan
- Ide/tindakan bunuh diri, atau cenderung melakukan yang membahayakan diri
- Nyeri (kepala, sendi, perut, otot) yang tidak hilang dengan pengobatan.
- Hilangnya gairah seks, bahkan disertai gangguan fungsi seksual
Jika Anda merasa
atau mengetahui orang dengan tanda dan gejala di atas, sebaiknya segera
menghubungi dokter untuk dilakukan terapi. Karena kasus depresi yang berat pun
dapat ditangani secara efektif. Semakin awal terapi dimulai, hasilnya pun akan
semakin baik. Kita juga dapat membantu orang dengan depresi dengan cara:
- Menyediakan dukungan emosional, pengertian dan dorongan.
- Mendengarkan dengan seksama apa yang perlu mereka ungkapkan.
- Jangan pernah menihilkan perasaan mereka, tapi tunjukkanlah kenyataannya dan berikan harapan.
- Bila mereka bicara tentang bunuh diri, maka hal ini jangan sampai diabaikan. Laporkan pada dokter.
- Ajaklah mereka untuk sekali-kali bergabung dalam aktivitas, meskipun mereka menolak
- Bantulah mereka dalam kunjungannya ke dokter.
- Terus mengingatkan bahwa hanya dengan terapi dan waktulah yang akhirnya akan menghilangkan depresi.
Everything didn’t get better overnight, but it will get
better some day, and life become again enjoyable.
Referensi:
National Institute of Mental Health – Depression Booklet
g.anindyajati@angsamerah.com
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt. 2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
customer@angsamerah.com
www.angsamerah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar