Sabtu, 22 Maret 2014

Seks dan Kualitas Kesehatan Jiwa

picture by Paul Knight for Without Words Exhibition

Di era yang semakin terbuka seperti sekarang ini, seks bukan lagi topik yang dibicarakan dengan sembunyi-sembunyi. Dengan mudahnya akses terhadap hal-hal yang berbau seks, saat ini seolah seks hanya merupakan material yang tak berharga. Tak banyak yang menyadari bahwa kualitas hubungan seks dengan pasangan besar pengaruhnya terhadap kualitas hidup yang kita miliki. Sseks yang sekarang dibicarakan orang adalah seks yang merupakan komoditas, suatu bentuk hiburan primitif yang dicari manusia untuk pelepasan sesaat.

Kalau kita bicara dari sisi ilmiah, banyak penelitian yang mencoba mencari hubungan antara kualitas hidup seseorang dengan aktivitas seks. Penelitian ini kemudian berhasil menunjukkan betapa aktivitas seks itu memberikan manfaat bagi kesehatan jiwa. Maka tak heran bila sekarang para praktisi kesehatan seksual mulai menggeser fokusnya dari menangani gangguan seksual ke arah promosi seks yang positif.


Aktivitas seksual memang tak harus soal senggama, bahkan dikatakan semakin bertambahnya usia, maka definisi aktivitas seks pun dapat meluas. Tindakan apapun yang menjadikan pasangan semakin intim dapat dimasukkan dalam kategori aktivitas seksual. Hal ini tentunya seiring dengan perubahan cara pandang terhadap apa itu keintiman dan kebahagiaan pasangan itu sendiri. Meski demikian, dalam sebuah publikasi oleh Brody S (2010) dikatakan bahwa senggama merupakan aktivitas seksual yang signifikan bagi kesehatan jiwa. Dalam publikasi ini juga disebutkan kalau aktivitas masturbasi dan seks anal justru menimbulkan kerugian bagi kesehatan jiwa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Swedia, senggama adalah penentu terhadap kepuasan pria dan wanita mengenai kesehatan jiwanya. Sebaliknya, masturbasi malah menunjukkan ketidakpuasan orang-orang terhadap kualitas kesehatan jiwanya. Menariknya lagi, wanita yang mencapai orgasme melalui senggama merasa lebih puas dengan kondisi kesehatan jiwanya dibanding dengan wanita yang orgasme melalui rangsangan klitoris.

Senggama juga menentukan kualitas hubungan pasangan seperti dilansir oleh sebuah studi di Portugis. Semakin sering melakukan senggama, maka kualitas hubungan pun akan meningkat. Hal ini terlihat dari naiknya skor kepuasan, keintiman, kepercayaan, hasrat, dan cinta antar pasangan yang sering bersenggama. Konsisten dengan temuan di Swedia, peneliatain ini menyebutkan kalau sering melakukan masturbasi, maka kualitas hubungan dengan pasangan berarti tidak baik. Bahkan dikatakan kalau semakin sering melakukan masturbasi berhubungan dengan kejadian depresi. Aktivitas masturbasi sendiri dikatakan erat kaitannya denga perasaan kurang bahagia.

Alasan kenapa senggama memiliki efek positif terhadap kesehatan jiwa mungkin dapat dijelaskan melalui pendekatan evolusi. Senggama adalah aktivitas seksual yang sudah ada sejak diciptakannya mahluk hidup, sehingga secara insting senggama dianggap sebagai sebuah hadiah. Siapa yang tidak puas bila mendapat hadiah? Selain itu, senggama juga berbeda dari aktivitas seksual lainnya terkait dengan efek biologis yang ditimbulkan. Saat melakukan senggama, hormon prolaktin dan dopamin yang dihasilkan, beratus kali lipat lebih banyak dibanding masturbasi. Karena itu tentu saja efeknya menjadi demikian berbeda.

Meski aktivitas seksual hanyalah satu dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang, peranannya tak dapat dikecilkan. Semakin kita bisa memelihara hubungan dengan pasangan, semakin besar kemungkinan kita untuk terus menikmati hidup dengan jiwa yang sehat. Salam sehat :)


Referensi: Brody S. The relative health benefits of different sexual activities. J Sex Med. 2010 Apr;7(4 Pt 1):1336-61. doi: 10.1111/j.1743-6109.2009.01677.x. Epub 2010 Jan 15.

dr. Gina Anindyajati
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
customer@angsamerah.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar