Pernah dengar kata feromon? Mungkin yang terlintas di kepala
setelah mendengar kata tersebut adalah gairah seksual. Sebetulnya tidak salah
karena feromon atau pheromone berasal
dari bahasa Yunani pherein yang
artinya membawa dan kata hormon yang berarti
menyenangkan. Jadi feromon artinya kurang lebih zat yang membawa kesenangan. Kata ini ditemukan oleh Peter Karlson, seorang
ahli biokimia dan Martin Lüscher, seorang entomologis.
Feromon adalah alat komunikasi kimiawi yang penting untuk binatang seperti pada serangga. Tetapi feromon tidak hanya diproduksi oleh serangga namun juga oleh mamalia. Feromon memainkan peranan penting dalam kehidupan seks mamalia sehingga membuat industri wewangian berharap bisa memproduksi senyawa serupa feromon, bila tidak bisa mendapatkan feromon yang asli.
Feromon adalah alat komunikasi kimiawi yang penting untuk binatang seperti pada serangga. Tetapi feromon tidak hanya diproduksi oleh serangga namun juga oleh mamalia. Feromon memainkan peranan penting dalam kehidupan seks mamalia sehingga membuat industri wewangian berharap bisa memproduksi senyawa serupa feromon, bila tidak bisa mendapatkan feromon yang asli.
Feromon adalah zat yang bisa dicium atau bisa
jadi tidak tercium
sama sekali. Akan
tetapi biasanya feromon tidak
bisa dicium dan diproses oleh saraf olfaktori, yaitu saraf yang mengatur sistem
penciuman. Meski demikian, feromon tetap bisa dideteksi
oleh organ terpisah yaitu vomeronasal
organ (VNO) yang berhubungan dengan simpul olfactory assesory, yaitu struktur
independen dari sistem penciuman utama.
Tidak seperti hormon yang
lain, feromon merupakan ektohormon. Yaitu hormon yang bekerja di luar individu
yang memproduksi dan mempengaruhi perilaku individu lain. Hal
ini berbeda dengan hormon pada umumnya yang hanya mempengaruhi
individu yang memproduksinya. Produksi feromon biasanya bertujuan untuk memicu beberapa
perilaku seperti bonding antara ibu
dan anak, meningkatkan kewaspadaan, menunjukkan rangsang seksual, mencari
makanan atau mangsa, menghormati kekuasaan individu lain, dan untuk menghindari
atau mundur.
Walaupun industri
wewangian berharap bisa memproduksi senyawa serupa feromon dari manusia, tetapi
hingga saat ini masih belum ada yang berhasil. Tetapi bukan berarti feromon
manusia tidak ada. Menurut George Petti dari Monell Chemical Senses Center, penelitian mengenai feromon manusia
terhalang oleh dua hal. Pertama, efek yang ada selama ini tidak dramatis karena dipengaruhi
oleh sensori yang lain seperti visual, audio, pengalaman terdahulu,
pembelajaran dan juga norma dan hukum. Kedua, belum ada yang bisa menemukan zat
kimiawi yang bisa mendeteksi kecemasan, kesesuaian antar pasangan, dan air susu
ibu (ASI).
Ditulis oleh: Ns. Diah Mayangsari
diedit oleh:
dr.Gina Anindyajati
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar