Berdasarkan gambar di atas, coba Anda sebutkan warna tulisan (warnanya BUKAN kata yang ditulis), dan hitung berapa lama Anda berhasil menyelesaikan menyebut semua warna pada gambar.
Sekarang, coba bandingkan perolehan waktu Anda dengan menyebutkan warna tulisan di gambar berikut. Ingat, yang Anda sebutkan adalah warnanya BUKAN kata yang ditulis ya…
Hampir bisa dipastikan, Anda memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan “membaca warna” di gambar kedua, betul? Hal ini karena manusia lebih mudah membaca dengan asosiasi. Ketika warna yang membentuk huruf sesuai dengan bunyi kata yang tertulis, otak Anda membaca lebih cepat ketimbang saat warna huruf dan kata yang tertulis tidak sama.
Otak manusia memiliki bagian khusus yang bekerja untuk mengolah informasi yang berkaitan dengan bahasa, bagian ini sanggup membongkar kode yang disusun oleh huruf dan mengenali arti dari kata yang dibentuk oleh huruf tersebut. Bagian otak yang lain bertugas untuk mengidentifikasi warna. Misalnya, lebih mudah untuk membaca tulisan BIRU yang tertulis dengan warna biru, dibandingkan membaca BIRU yang tertulis dengan warna merah, bukan? Nah, ketika terjadi ketidaksinkronan antara susunan huruf dengan warna inilah, otak kemudian membutuhkan waktu lebih lama untuk kembali menyinkronkan keduanya. Pada waktu terjadi konflik pengenalan kata dan warna, menurut para ahli, yang bekerja adalah otak bagian singulata anterior untuk membantu fokus.
Kebanyakan dari kita memiliki kemampuan untuk mengenali kata lebih cepat dibanding mengenali warna. Sehingga kita lebih cepat menyebutkan kata yang tertulis dibanding warna yang ditampilkan. Untuk dapat menyebutkan warna yang ditampilkan, otak perlu mengaktifkan sistem perhatian selektif (selective attention) yang bertujuan menghambat proses pengenalan kata. Waktu untuk bereaksi adalah indikator yang penting dalam proses perhatian selektif ini. Semakin lama waktu yang diperlukan untuk otak bereaksi, maka otak telah mencapai keadaan inatentif (kurang perhatian, kelelahan untuk fokus -- attention fatigue).
Dalam mencoba menjawab tantangan di awal tulisan ini, tak bisa dipungkiri beberapa dari Anda melakukan kesalahan. Hal ini disebut dengan impulsivitas. Suatu keadaan ingin “cepat-cepat” yang tidak bisa ditahan oleh otak Anda. Maka, Efek Stroop biasanya digunakan untuk mengindikasikan proses mental yang berhubungan dengan keadaan inatentif (kelelahan untuk fokus) atau keadaan menurunnya kemampuan otak untuk menghambat proses perhatian selektif terkait dengan ADHD (attention deficit hyperactivity disorder). Impulsivitas banyak ditemukan pada orang dengan ADHD, sehingga hasil tes Efek Stroop mereka menunjukkan perolehan waktu yang lebih lama dengan lebih banyak kesalahan yang dibuat.
Berminat mencoba lagi? Cek di tautan berikut:
Referensi:
dr.Gina Anindyajati
Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189
Tidak ada komentar:
Posting Komentar