Sabtu, 18 Januari 2014

Seputar Kehamilan dan Infeksi HIV

Courtecy of Ghananewsagency.org
Kehamilan adalah hal terindah bagi setiap pasangan yang sangat menginginkan kehadiran seorang bayi di sisi mereka. Tapi akan menjadi sangat menyakitkan ketika Anda memeriksakan diri ke tenaga kesehatan dan didiagnosis positif terinfeksi virus HIV. Dunia terasa bagaikan neraka dan kematian akan terus-menerus membayangi setiap hembusan nafas. Lalu apa yang harus kita lakukan? Apakah hidup menjadi sudah tidak berarti lagi dan harus diakhiri begitu saja? Lalu bagaimana dengan nasib si jabang bayi di dalam kandungan?

Kenyataan bahwa seseorang positif terinfeksi HIV memang bukan sesuatu yang mudah diterima. Tak jarang orang berpikir bahwa dengan infeksi HIV yang dialami, maka itu adalah akhir dari segalanya. Nyatanya tidak, dunia tidak akan berakhir ketika Anda terdiagnosa positif HIV, kehidupan akan dapat terus berlangsung dengan baik apabila Anda mempunyai semangat dan pikiran positif. Karena segala sesuatu yang terjadi dalam hidup pasti punya maksud dan tujuan tertentu. Anda harus selalu percaya bahwa semua masalah yang ada tidak pernah akan melebihi kemampuan seseorang dan Anda masih dapat menyelamatkan bayi Anda dari infeksi HIV.

Penularan HIV kepada Bayi

HIV, virus penyebab AIDS, dapat menular dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayinya yang baru lahir. Menurut WHO, sekitar 30% bayi yang lahir dari ibu yang terinfeksi HIV akan tertular HIV kalau ibunya tidak memakai terapi antiretroviral (ART). Virus HIV diketahui juga terdapat dalam air susu ibu (ASI).

Ibu dengan viral load (jumlah virus dalam tubuh) HIV yang tinggi lebih mungkin menularkan infeksi pada bayinya, dibandingkan ibu dengan viral load rendah. Kebanyakan ahli HIV menganggap bahwa risiko penularan pada bayi sangat amat rendah bila viral load ibu di bawah 1000 waktu melahirkan. Walaupun janin dalam kandungan dapat terinfeksi, sebagian besar penularan terjadi justru waktu proses melahirkan. Selain itu juga ada kemungkinan virus HIV ditransmisikan melalui proses menyusui. Bayi juga lebih mungkin tertular HIV jika persalinan berlangsung lama. Hal ini karena selama proses kelahiran, bayi dalam keadaan berisiko tertular melalui paparan terhadap darah ibu yang mengandung virus HIV.

Mencegah Penularan HIV dari Ibu ke Bayi

Poin terpenting dalam pencegahan infeksi HIV dari ibu hamil ke janin yang dikandungnya adaah dengan penggunaan ART. Risiko penularan sangat rendah bila ART dipakai oleh ibu waktu hamil dan melahirkan. Angka penularan berkisar di 1–2% bila ibu memakai ART. Pedoman terbaru tentang penanganan HIV pada ibu hamil di Indonesia mengusulkan semua ibu hamil memakai ART. Bayi diberi satu AZT (jenis obat HIV) segera setelah lahir, kemudian pemberian AZT diteruskan sebanyak dua kali sehari selama enam minggu. Dengan cara ini, angka penularan dari ibu ke bayinya dapat ditekan menjadi di bawah 2%.

Cara yang kedua adalah dengan menjaga proses kelahiran tetap berlangsung dalam waktu yang singkat. Semakin lama proses kelahiran berlangsung, semakin besar risiko penularan HIV dari ibu ke bayi. Bila ibu memakai ART dan mempunyai viral load di bawah 1000, risiko penularan hampir nol. Sementara untuk Ibu dengan viral load tinggi dapat mengurangi risiko penularan dengan melahirkan melalui bedah caesar..

Pencegahan berikutnya adalah dengan memilih asupan makanan bagi bayi. Seperti dikatakan di atas bahwa HIV mungkin juga menular melalui ASI, meski sulit untuk menentukan berapa banyak kasus yang terjadi. Ibu dengan jumlah virus HIV yang banyak, besar kemungkinan dalam ASInya terdapat virus HIV. Dulu disarankan oleh WHO (Badan Kesehatan Dunia) agar semua ibu HIV positif tidak memberi ASI bila mampu menyediakan susu formula sebagai pengganti. Namun sekarang, dengan adanya kombinasi dengan ART, maka ASI eksklusif sangat disarankan untuk dilakukan. Bahkan diketahui bahwa kombinasi ini dapat mengurangi risiko penularan secara signifikan. Pemberian ASI disertai konsumsi ART perlu dilakukan hingga bayi berusia 12 bulan. Rekomendasi WHO sendiri mengatakan bahwa semua ibu, baik HIV positif maupun tidak, dianjurkan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan dengan pemberian MP-ASI (makanan pendamping). Untuk ibu tanpa infeksi HIV maka dianjurkan untuk menyusui hingga anak berusia 2 tahun atau lebih.

Dalam kehidupan, tak sedikit kesulitan yang harus dihadapi. Tapi dengan kesulitan kita menjadi kuat. Harapan akan selalu ada, oleh karena itu, Klinik Angsamerah hadir untuk membantu Anda dan keluarga. Bersama kita hidup dengan semangat dan pikiran yang positif. :)



Sumber:


Written by:
Dewinta Christy Ambaruni, Amd.Keb



Editor:
dr. Gina Anindyajati


Angsamerah Clinic
Graha Media Building Lt.2
Jl. Blora 8-10, Menteng, Jakarta Pusat 10310
+6221-3915189



1 komentar: